Suara.com - Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menerima kedatangan perwakilan dari DPRD Papua dan Papua Barat.
Dalam kesempatan itu, Moeldoko sempat menyampaikan keprihatinannya atas adanya korban jiwa dari kerusuhan yang terjadi di Wamena, Papua, kemarin.
Moeldoko juga menyampaikan kesedihannya kepada siapapun yang menjadi korban pada peristiwa kerusuhan tersebut. Padahal menurutnya, sebuah kestabilan daerah penting untuk dijaga demi keberlangsungan negara.
"Saya ingin katakan stabilitas papua adalah stabilitas Indonesia. Dan stabilitas Indonesia adalah stabilitas Papua, tidak ada sebuah negara manapun yang tidak stabil, bisa membangun negaranya," kata Moeldoko di Kantor Staf Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (24/9/2019).
Baca Juga: Moeldoko Luruskan Pernyataan Soal 'KPK Hambat Investasi'
![Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko terima perwakilan anggota DPRD Papua dan Papua Barat. (Suara.com/Ria Rizki).](https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/09/24/40871-kepala-staf-kepresidenan-ksp-moeldoko-terima-perwakilan-anggota-dprd-papua-dan-papua-barat.jpg)
"Kalau di daerah tidak stabil maka terlalu sulit bisa membangun daerah. Bahkan kita sangat prihatin dengan kejadian yang merenggut jiwa manusia," sambungnya.
Dengan begitu, menurut Moeldoko pentingnya sebuah daerah bisa menjaga kestabilan dalam kehidupan masyarakat. Karena kalau tidak, kestabilan daerah tersebut akan berpengaruh kepada jalannya kestabilan negara.
"Itu maka sudah menjadi kewajiban kita semuanya untuk menjaga situasi, harus stabil. Kalau enggak, kasihan," kata dia.
Di akhir pidatonya, Moeldoko berpesan bahwa Istana selalu terbuka termasuk bagi Papua untuk menjalankan sebuah komunikasi.
"Saya mendampingi bapak presiden, kita komunikasi, saya membuka diri sepenuhnya. Pintu kami terbuka, sepenuhnya, karena semua persoalan bisa diselesaikan dengan sebaik-baiknya," katanya.
Baca Juga: Alasan Pemerintah Revisi UU KPK, Moeldoko: KPK Bisa Hambat Investasi
Diketahui, situasi keamanan di Papua kembali membara menyusul adanya kerusuhan yang terjadi di Wanea dan Wanea, Jayapura, Papua, kemarin. Kerusuhan itu diduga dipicu adanya aksi rasial.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Papua, Kombes Ahmad Mustofa Kamal mengatakan, ada 22 orang yang tewas akibat kerusuhan tersebut.
"22 meninggal dunia, 1 di rumah sakit yang kritis," kata Kamal.
Kamal menyebut, sebanyak 72 orang masih berada di rumah sakit lantaran mengalami luka-luka. Selain menelan korban jiwa dan luka, kerusuhan juga menyebabkan sejumlah fasilitas publik rusak.
Fasilitas publik yang menjadi sasaran amukan massa adalah kantor BLH, KUA, kantor PLN, kantor Bupati, dan kantor Kejaksaan. Selain itu, lima kantor pemerintahan, 150 ruko, 80 mobil, dan 30 motor turut mengalami kerusakan.