Riau dan Palembang Hujan, Asap Kebakaran Hutan Diklaim Berkurang

Selasa, 24 September 2019 | 11:13 WIB
Riau dan Palembang Hujan, Asap Kebakaran Hutan Diklaim Berkurang
Kota Pekanbaru diselimuti asap kebakaran hutan. (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyatakan kondisi di Provinsi Riau yang terdampak kabut asap karhutla (kebakaran hutan dan lahan) selama beberapa waktu terakhir, relatif membaik setelah turun hujan pada Senin (23/9/2019) sore.

"Hari ini (24/9) masih terdeteksi asap, tapi jarak pandang lebih bagus dibandingkan sebelumnya," kata Staf Analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru Ahmad Agus di Pekanbaru, Selasa.

Jarak pandang (visibility) pada Senin (23/9), setelah hujan dalam kondisi baik, dilihat di Kota Pekanbaru mencapai sekitar 4-5 kilometer. Pada Selasa pagi, dia menyatakan jarak pandang turun lagi karena pengaruh asap, yakni berkisar 700 meter hingga satu kilometer.

Di Kota Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, jarak pandang mencapai satu kilometer, Kota Dumai dua kilometer, dan Kabupaten Pelalawan sekitar satu kilometer. Parameter membaiknya kondisi Riau juga dilihat dari kualitas udara berdasarkan penghitungan polutan partikel meter 10 (PM10).

Baca Juga: BMKG: Ada Potensi Hujan di Daerah Terdampak Kebakaran Hutan

Agus mengatakan tingkat polutan di Pekanbaru setelah hujan pada Senin (23/9). turun dari sekitar 700 menjadi di angka 160-180. Hal itu, artinya udara dari kategori berbahaya turun membaik ke kategori tidak sehat. Pada Selasa pagi ini, terpantau kandungan polutan naik lagi ke angka 234, mendekati kategori sangat tidak sehat.

"Artinya hujan sangat signifikan mengurangi asap, meski hujan masih di sebagian daerah," katanya.

Berdasarkan data BMKG Stasiun Pekanbaru, satelit Terra Aqua pada pukul 06.00 WIB menunjukkan ada 39 titik panas sebagai indikasi karhutla di Riau. Lokasi paling banyak di Kabupaten Rokan Hilir dengan 19 titik, Indragiri Hilir 10 titik, Kota Dumai enam titik, Kabupaten Bengkalis tiga titik, dan Kepulauan Meranti satu titik.

Dari jumlah tersebut, ada 27 yang teridentifikasi titik api. Lokasi paling banyak di Rokan Hilir dengan 13 titik dan Indragiri Hilir delapan titik, sedangkakan sisanya di Dumai empat titik dan Bengkalis dua titik.

Sementara itu, sejumlah lokasi di Kota Palembang, Sumatera Selatan, diguyur hujan, Selasa pagi, setelah kurang lebih dua bulan tanpa hujan. Hujan turun dengan intensitas rendah ini terbilang tidak merata karena terjadi di beberapa lokasi saja seperti kawasan Kenten dan Bukit Besar dengan rentan waktu hanya 10 hingga 15 menit saja.

Baca Juga: Atasi Kebakaran Hutan, Wiranto: Kita Doakan Supaya Hujan Terus

Hadirnya hujan ini diharapkan dapat meredakan kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla), yang selama dua pekan terakhir telah membuat kualitas udara di Kota Palembang beberapa kali menginjak level berbahaya.

Adanya hujan ini sesuai dengan perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika yang dirilis kemarin (23/9). Kepala Stasiun BMKG SMB II Palembang, Tri Agus Pramono mengatakan prakiraan cuaca tersebut didapat dari model pengukuran yang dimiliki BMKG.

Saat ini wilayah Palembang dan sekitarnya sedang mengalami puncak musim kemarau yang berlangsung sejak Agustus hingga September. Menurutnya, pada musim kemarau ini terdapat potensi hujan namun dalam intensitas yang kecil. Ia melanjutkan, BMKG selalu memberikan informasi kepada tim teknologi modifikasi cuaca (TMC) manakala ada awan yang menimbulkan potensi hujan.

“Sehingga tim TMC dapat secara cepat menabur garam agar terjadi hujan di wilayah itu,” ujar dia.

Tri menambahkan sebetulnya berdasarkan prakiraan cuaca, musim hujan akan tiba pada akhir Oktober 2019 dan mengalami puncaknya pada November 2019. Akhir Oktober sudah terjadi hujan walaupun tidak banyak, puncaknya terjadi pada November sehingga masyarakat harus berhati-hati setelah musim kemarau karena ada ancaman banjir. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI