Suara.com - Pemprov Jambi menyalahkan perilaku masyarakatnya yang membuka lahan dengan cara membakar, sehingga menyebabkan banyaknya titik api.
Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jambi, A Pani Saharudin menyebutkan, titik api kebakaran hutan dan lahan lebih banyak berada pada lahan warga ketimbang milik korporasi.
Pani mengklaim, masih banyak warga yang membuka lahan dengan cara membakar demi menekan biaya pembabatan hutan.
Ketimbang menggunakan alat-alat berat, masyarakat lokal akhirnya memilih membakar untuk membuka lahan, kata dia.
Baca Juga: Biang Kerok Kebakaran Hutan dan Lahan, 52 Korporasi Disegel KLHK
"Masih rendahnya rasa kesadaran masyarakat. Sesungguhnya kebakaran lahan ini banyak terjadi di lahan warga,” kata Pani di Kantor Kemenkominfo, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (23/9/2019).
Padahal menurutnya, Pemerintah Provinsi Jambi telah menerbitkan peraturan gubernur tentang larangan membuka lahan dengan cara membakar.
"Kemudian kami melakukan sosialisasi bagaimana membuka lahan dengan cara tidak membakar," ucapnya.
Di lain sisi, Pani mengungkapkan pihak korporasi juga ada yang melakukan cara seperti itu. Akan tetapi korporasi sudah memiliki tim pemadam, sehingga lebih baik ketimbang masyarakat dalam segi penanganannya.
"Karena perusahaan di Jambi, memiliki pasukan-pasukan untuk pemadam kebakaran dan memiliki alat-alat untuk melakukan pemadaman," kata dia.
Baca Juga: Belum Pengalaman, KLHK Sebut Eksekutor Ganti Rugi Kebakaran Hutan Lamban