"Kami sangat termotivasi ketika bapak (Wagub Uu) datang ke sini, di bank sampah yang melibatkan ibu-ibu, para santri Pesantren Al Ikhlas, dan pemuda," kata Hendi.
Pendirian bank sampah ini dilatarbelakangi oleh kekhawatiran Hendi tentang banyaknya masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Melalui bank sampah, Hendi ingin kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan terbangun, sehingga mereka tidak lagi membuang sampah sembarangan.
Bank sampah ini menampung berbagai jenis, seperti sampah dus, plastik, besi, dan lainnya. Masyarakat pun bisa menyetorkan sampahnya setiap hari, dengan harga sesuai dengan jenis sampah yang disetorkan, misalnya sampah besi dihargai Rp 2.500 per kilogram.
Sampah-sampah yang telah disetorkan kemudian dikumpulkan untuk diolah. Lalu sampah yang sudah diolah di Hade Jaya dikirim ke berbagai industri di Jakarta dan Tangerang, bahkan diimpor ke luar negeri sebagai bahan baku pembuatan peralatan rumah tangga.
Baca Juga: Ridwan Kamil : Warga Kota yang Bahagia adalah yang Sering Keluar Rumah
"Pendapatan kita (rata-rata) tiga ton (per bulan) dan dihargai Rp 6 ribu satu kilogramnya," jelas Hendi.
Bank Sampah Hade Jaya telah melibatkan sekira 150 orang, yang mana bank sampah ini akan membangun unit-unit baru di tempat lain.
"Bank sampah di sini sebagai bank sampah induk. Untuk pengembangan, kami akan ke tiap-tiap wilayah untuk pembentukan unit-unit bank sampah," kata Hendi mengakhiri.