Suara.com - Politisi PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko mengaku tak bisa membayangkan jika Papua melepaskan diri dari Indonesia.
Hal tersebut disampaikan dalam acara debat bertema 'Nationalism and Separatism: Questions on Papua' di Auditorium Visinema, Cilandak, Jakarta Selatan pada Sabtu (21/9/2019). Dalam acara tersebut Budiman kontra dengan Jurnalis WatchdoC, Dandhy Dwi Laksono.
"Soal pemisahan diri saya enggak bisa bayangkan Indonesia dengan niat baik ini yang dikhianati sebagian elitenya, kemudian seluruh kerabat yang karena beda agama, ras berkelahi," ujar Budiman.
Budiman menuturkan dalam menilai permasalahan di Papua, tak berpegang pada NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) sebagai harga mati. Sebab, ia berpegang bahwa NKRI adalah modal awal yang mutlak dan perlu.
Baca Juga: Pesan Menohok Budiman Sudjatmiko untuk Golongan Oposisi Jokowi
"Ketika saya menghadapi persoalan ini, saya tidak berpegang pada NKRI harga mati, enggak. Bukan," ujarnya.
Ketika ditanya apakah dirinya menolak NKRI adalah harga mati, Budiman mengatakan dirinya memiliki dalil bahwa NKRI adalah modal awal yang mutlak dan harus dikembangkan bukan dimatikan. NKRI kata dia, harus menjadi hidup untuk bisa berkembang.
"Saya menolak NKRI harga mati. Saya melihat NKRI modal awal yang mutlak dan perlu. Dalil saya adalah NKRI adalah modal awal yang mutlak perlu. NKRI modal awal yang mutlak perlu. Saya tidak bisa membayangkan modal awal yang mutlak perlu, dipecah. Itu posisi saya kenapa menolak. Bahwa modal awal ini harus dirundingkan lagi," ucap Budiman.
Menurutnya, jika NKRI harga mati seolah dianggap benda mati. Karena itu, kata dia NKRI adalah garis awal Indonesia, bukan garis akhir Indonesia.
"Beda dengan NKRI harga mati seolah dianggap benda mati. Bagi saya NKRI adalah awal yang perlu bukan tugas-tugas manusia lain. Saya menolak NKRI harga mati saya melihat NKRI modal awal yang mutlak dan perlu. itu posisi saya
Baca Juga: Semprot Faldo Maldini, Budiman Sudjatmiko : Teman Saya Banyak yang Mati
"Prestasinya bukan ketika dia jaga tetap utuh. Bukan itu. itu adalah selemah-lemahnya kewarasan. Selemah-lemahnya nasionalisme adalah menjaga NKRI itu ada. Bagi saya itu lemah. Bagi saya NKRI adalah modal awal yang mutlak, titik, kemudian dia bukan garis finish, garis start. Kok kita mulai dari situ, ke dalam kita benahi mau kita apakan modal awalnya. Kalau dipecah, dia menghujam balik kita backfire," sambungnya.
Lebih lanjut, kata Budiman sejak kecil masyarakat Indonesia selalu diajari betapa indahnya Indonesia.
Masyarakat kata Budiman, juga selalu diajarkan inward looking.
"Kita hanya bicara apa artinya Indonesia bagi dunia, bukan Apa artinya indonesia bagi kita. Ini penting karena kalau pendidikan kita sejak SD hanya inward looking, ya itu turunan NKRI harga mati," kata Budiman.
Karena itu, mantan Ketua Partai Rakyat Demokratik itu meyakini Indonesia bisa maju dan berkembang jika mengubah pandangan NKRI adalah modal awal, bukan harga mati.