Suara.com - Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang mempunyai luas wilayah 762,7909 hektare merupakan satu-satunya desa yang memiliki Pekerja Migran Indonesia (PMI) paling banyak di kawasan ini.
Pada 2012, desa tersebut diresmikan menjadi kampung PMI oleh Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Gatot Abdullah Mansyur.
Desa Wisata Nglanggeran dibangun mulai 2008, dengan membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), yang salah satu inisiatornya adalah Triyana, mantan PMI Korea.
"Idenya berawal dari keprihatinannya terhadap banyaknya warga yang pergi ke luar daerah atau ke luar negeri. Berbekal potensi daerah dan sudah banyaknya kunjungan ke desa, tren menjadi PMI itu mulai berubah,"ujarnya
Baca Juga: Family Friendly, Serunya Menikmati Desa Wisata Siblarak di Klaten
Kelompok PMI purna yang dibentuk oleh Triyana mencoba mengajukan proposal pendampingan kepada Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Yogyakarta terkait pelatihan dan edukasi, di samping juga untuk merubah mindset warga.
Triyana mengaku, pendampingan tersebut membuat warga tergerak untuk bersama-sama merintis Desa Wisata Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul untuk diolah menjadi aset wisata, sehingga mereka tidak berangkat lagi ke luar negeri.
Kepala BP3TKI Yogyakarta, Suparjo menyampaikan, sejak 2010, BNP2TKI telah mengadakan pelatihan dan edukasi melalui program pemberdayaan terintegrasi kepada 110 PMI purna maupun keluarganya, di Desa Ngelangeran.
"Kami juga terus melakukan pendampingan, agar desa tersebut menjadi lebih maju dan berkembang, sehingga dapat menarik lebih banyak wisatawan, baik lokal maupun asing," jelas Suparjo.
Pelatihan yang diberikan antara lain, tur dan travel, sablon, kuliner ayam dan bahasa Inggris, untuk mendukung pengembangan menjadi desa wisata.
Baca Juga: Desa Wisata Lihat Pembuatan Kain Tenun Lombok, Ini 5 Daya Tariknya
Penghargaan UNESCO
Pada 2015, Desa Ngelanggeran ditetapkan United Nations of Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) sebagai kawasan Global Geopark Network, karena keberadaan gunung api purbanya dan embung besar. Gunung api purba merupakan gunung batu dari karst atau kapur dan pernah aktif jutaan tahun yang lalu, sementara embung adalah bangunan berupa kolam seperti telaga, di ketinggian sekitar 500 meter dari permukaan laut.