Suara.com - Iran menampik tudingan Amerika Serikat yang menyebut pihaknya menjadi provokator di balik penyerangan dua instalasi minyak raksasa Arab Saudi, Aramco.
Hal itu disampaikan juru bicara kementerian luar negeri Iran, Abbas Mousavi baru-baru ini.
Dilaporkan Reuters, Iran menyatakan "siap perang"menghadapi tuduhan tersebut. Menurut Abbas Mousavi, tuduhan AS sama sekali tidak berguna.
Sebelumnya, gerilyawan Yaman yang bersekutu dengan Iran, Al-Houthi mengaku telah melancarkan serangan kepada dua kilang minyak dunia, Aramco pada Sabtu (14/9/2019).
Baca Juga: Drone Al Houthi Serang 2 Instalasi Perusahaan Minyak Saudi Aramco
Namun di lain pihak, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo menyebutkan bahwa serangan tersebut adalah karya Iran.
Arab Saudi, yang memimpin koalisi militer Arab untuk ikut-campur di Yaman pada 2015 melawan gerilyawan Syiah Al-Houthi pun sempat menuduh pesaing regionalnya, Iran, dalam serangan sebelumnya. Tapi mendapat bantahan dari Iran.
Arau Saudi juga menuduh Irab mempersenjatai gerilyawan Al-Houthi, walaupun dibantah oleh milisi tersebut dan Iran.
Serangan pesawat tanpa awak terhadap negara pengekspor minyak terbesar di dunia dilakukan saat raksasa minyak Aramco berencana mempercepat penawaran terbuka pada awal tahun.
Peristiwa tersebut terjadi setelah serangan lintas-perbatasan terhadap instalasi minyak Arab Saudi dan tanker minyak di perairan Teluk.
Baca Juga: Main Drone Tanpa Lisensi, Pasangan Traveler Mendekam di Penjara Iran
Pihak Aramco menyebut, akibat serangan tersebut produksi minyak dunia turun sebesar 5,7 barel per hari. Padahal perusahaan tengah mempersiapkan diri menjadi penjual saham terbesar di dunia.
Aramco juga belum bisa memastikan kapan masalah ini bisa diselesaikan, bisa memakan waktu berminggu-minggu tak hanya berhari-hari.
Serangan "drone" yang terjadi di Aramco tak ayal mempengaruhi dunia, pada Senin (16/9/2019) harga minyak bumi mengalami kenaikan 5 - 10 dolar AS.