Suara.com - Ramai diberitakan di media sosial, kualitas udara di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah yang mencapai angka 2.000 akibat kabut asap. Hal itu pun seketika menjadi perbincangan.
Data tentang kualitas udara tersebut tampak dari foto unggahan jejaring Instagram @koalisipejalankaki pada Minggu (15/9/2019).
Disebutkan dalam hari itu pukul 16.00 WIB, kualitas udara (AQI) Palangka Raya menyentuh angka 2.000. Itu menandakan bahwa kondisi di sana sangat berbahaya.
Seperti diketahui, menurut Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) Banda Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal), angka kualitas udara 0 - 50 berarti baik, 50 - 100 berarti sedang, 100 - 200 berarti tidak sehat, 200 - 300 sangat tidak sehat dan 300 - 500 berbahaya.
Baca Juga: Bos Peternakan Babi di Palangka Raya Ditemukan Tewas Membusuk
Lewat narasinya, @koalisipejalankaki pun mengadukan kondisi tersebut kepada Presiden Jokowi dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar.
"Halo Pak @jokowi, halo bu menteri @siti.nurbayabakar. Di mana hati nurani kalian? Masyarakat dibiarkan menghirup udara seperti ini? #asaphutan," tulisnya.
Senada dengan hal itu, pencemaran udara berbahaya di di Palangka Raya mengundang perhatian warganet.
Tak sedikit dari mereka yang melayangkan protes kepada pejabat daerah setempat seperti yang dirangkum SUARA.com berikut ini.
"Wali kota dan gubernunya ngapain aja di sana? duduk-duduk minum kopi? apa usaha minggat duluan nyari oksigen? tahun ke tahun masalah ini muncul terus, kalau gak bisa ngatasi ini sebagai kepala daerah mendingan resign aja," kata @pahlawankesiangan217.
Baca Juga: Kabut Asap di Jambi dan Palangka Raya Makin Pekat, Warga Salat Istisqa
"Coba itu Gubernur, Wali kota dan Bupati disana pada ngaapain? Kok apa-apa ke pusat. Udah desentralisasi tapi apa-apa masih minta ke pusat," ujar @aryapradipta25.
"Kok Kapola sama pangdamnya belum dicopot?" tanya @chef.drughi1897.