Habibie dalam Ingatan Xanana: Rutan Cipinang hingga Referendum Timor Leste

Bangun Santoso Suara.Com
Senin, 16 September 2019 | 05:54 WIB
Habibie dalam Ingatan Xanana: Rutan Cipinang hingga Referendum Timor Leste
Presiden Pertama Timor Leste, Kay Rala Xanana Gusmao atau Xanana Gusmao (tengah) didampingi Dubes Timor Leste untuk Indonesia Alberto Xavier Pereira Carlos (kiri) berjalan menuju makam Presiden ke-3 Republik Indonesia BJ Habibie di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta, Minggu (15/9/2019). [ANTARA FOTO/Nova Wahyudi]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Presiden Pertama Timor Leste, Kay Rala Xanana Gusmao atau Xanana Gusmao (kanan) didampingi Dubes Timor Leste untuk Indonesia Alberto Xavier Pereira Carlos (kedua kanan) memberi hormat di depan makam Presiden ke-3 Republik Indonesia BJ Habibie di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta, Minggu (15/9/2019). [ANTARA FOTO/Nova Wahyudi]
Presiden Pertama Timor Leste, Kay Rala Xanana Gusmao atau Xanana Gusmao (kanan) didampingi Dubes Timor Leste untuk Indonesia Alberto Xavier Pereira Carlos (kedua kanan) memberi hormat di depan makam Presiden ke-3 Republik Indonesia BJ Habibie di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta, Minggu (15/9/2019). [ANTARA FOTO/Nova Wahyudi]

Dia lantas bercerita tentang pertalian dengan Habibie dan perannya dalam referendum Timor Leste pada 30 Agustus 1999. Kisah dua dekade silam yang kini mengikat sejarah Timor Leste dan Indonesia.

Pada 1999 di masa menjelang referendum, Xanana masih menjadi tahanan politik di era Presiden Soeharto dan dipenjarakan di Cipinang sejak 1992. Xanana berseloroh bahwa saat itu dirinya adalah "warga negara Cipinang."

Sebelum dimasukkan penjara, Xanana aktif dalam Falintil (Forcas Armadas da Libertacao Nacional de Timor-Leste atau Angkatan Bersenjata untuk Pembebasan Nasional Timor Timur), sayap paramiliter dari partai politik Fretelin.

Upaya yang giat dia lakukan untuk melepaskan wilayah Timor Timur saat itu, baru mencapai titik terang ketika BJ Habibie menjabat sebagai presiden Indonesia, menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri atas desakan people power pada Mei 1998.

Baca Juga: Anak Eks Ajudan Taruh Foto di Makam BJ Habibie, Ada Kisah Haru di Baliknya

"Karena tahun '83 saya sudah kasih peace plan, tapi 16 tahun kemudian pada 1999 baru bisa terjadi dan Pak Habibie adalah seorang aktor penentu di situ," kata Xanana.

Di dalam penjara, sebuah kabar datang kepada Xanana bahwa Presiden Habibie telah mengirimkan surat kepada PBB untuk meminta referendum bagi Timor Leste.

Xanana masih ingat betul bagaimana dia berteriak di selnya untuk meluapkan kegembiraan hingga para sipir mendekat dan bertanya ada apa gerangan.

“Mau pecah hatiku, mau pecah,” ujar Xanana berapi-api sembari menunjuk dadanya.

Masa-masa itu akan selalu dikenang Xanana yang merangkum jasa Habibie dalam satu kalimat penuh makna, “Pak Habibie, dalam waktu yang singkat, dalam waktu yang sulit, memberi kesempatan kepada rakyat Timor Leste hak untuk self-determination, oleh karena itu kami tidak akan melupakan beliau.”

Baca Juga: Rakyat Palestina di Gaza Salat Gaib dan Takziyah untuk BJ Habibie

Usai melayat ke kediaman Habibie malam itu, keesokan paginya Xanana mengunjungi tempat peristirahatan terakhir mendiang di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, Minggu (15/9).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI