Suara.com - BJ Habibie dikenal sebagai insinyur bidang teknologi yang kejeniusannya diakui dunia. Ia memiliki banyak peninggalan keilmuan berharga salah satunya disertasi doktoral (S3).
Sekadar napak tilas jejak kariernya, BJ Habibie pernah bekerja di sebuah perusahaan penerbangan di Hamburg setelah mendapat gelar doktor.
Kemudian pada 1973, ia diminta Soeharto pulang ke Tanah Air untuk mengisi jabatan sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) hingga 1998.
Kala itu, ia membuat gebrakan bertajuk "Visi Indonesia" untuk mengembangkan industri strategis yang dikelola oleh PT. IPTN, PINDAD, dan PT. PAL.
Baca Juga: CEK FAKTA: Viral Tulisan Puitis BJ Habibie Soal Akhirat, Ini Faktanya
Bukan tanpa sebab, Habibie mampu mencapai karier cemerlang setelah menempuh pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk gelar S1, dan kampus RWTH Aachen, Jerman Barat untuk jenjang S2 dan S3.
Seorang bernama Arief Yudhanto pun menemukan wujud disertasi BJ Habibie yang tertata rapi di perpustakaan Fakultas Teknik Mesin, RWTH Aachen. Bentuknya tipis hanya 55 halaman dengan sampul biru keabu-abuan mirip kertas manila.
Dikutip dari laman https://ari3f.wordpress.com, disertasi ditulis dalam bahasa Jerman dengan judul Beitrag zur Temperaturbeanspruchung der orthotropen Kragscheibe (Kontribusi terhadap tegangan thermal pada pelat ortotropik) pada 1965.
Sementara dalam buku Dr Sulfikar Amir (The Technological State in Indonesia: The Co-constitution of High Technology and and Authoritarian Politics, Routledge, 2013), judul disertasi Habibie dibahasa-Inggriskan menjadi: Contribution to the temperature demand for orthotopic collarflange.
Secara keseluruhan BJ Habibie menuliskan disertasi tersebut dengan mesin ketik, sementara untuk rumus dan grafik ditulis tangan menggunakan bolpoin.
Baca Juga: Berkunjung ke Museum Kepresidenan RI, Mengenang Sosok BJ Habibie
Ringkasnya, isi dari disertasi tersebut mengangkat konsep derivasi matematik pada teori thermoelastisitas (Timoshenko dan Goodier, Stanford University). Teori tersebut digunakan untuk mengukur tegangan thermal pada sayap pesawat ketika memasuki temperatur signifikan atau rejim hipersonik.