Suara.com - Video seorang pelajar yang hendak mengamuk di sekolah dengan membawa sabit beredar di media sosial. Setelah ditelusuri ternyata siswa tersebut adalah GR (14), pelajar kelas 8 di SMP Negeri 5 Ngawen.
Peristiwa tersebut terjadi pada hari Jumat (6/9/2019) sekitar pukul 09.30 WIB atau ketika jam istirahat pertama sekolah berlangsung.
Berdasarkan penuturan GR, peristiwa tersebut bermula pada hari Kamis (5/9/2019), di mana handphone yang dibawanya disita oleh guru agama, Nazid.
Ketika pelajaran sedang berlangsung GR, kedapatan bermain game online lewat telepon selulernya. Guru agama tersebut lantas menyita handphone milik GR.
Baca Juga: Bela Diri karena Pacar Mau Digilir, Siswa SMA Bunuh Satu Pelaku Begal
Hal ini membuat GR naik pitam dan sempat melakukan protes terhadap guru tersebut. Namun karena sadar berbuat salah, maka handphone tersebut lantas diberikan kepada gurunya. Lalu GR tetap melanjutkan pelajaran di sekolah hingga selesai jam belajar.
"Sore harinya, dari rumah saya WA pak guru," kata GR pada awak media saat ditemui di sekolah Rabu (11/9/2019).
Lewat percakapan di aplikasi pesan instan WhatsApp itu, siswa ini meminta kepada sang guru untuk memulangkan lagi ponsel yang sudah disita.
Lantaran kadung emosi, GR mengaku menuliskan nada ancaman akan mengobrak-abrik sekolah tersebut jika handphone-nya tidak segera dikembalikan.
Jumat pagi, dirinya seperti biasa masuk ke sekolah dan kembali menemui gurunya menanyakan kapan handphonenya boleh diambil. Namun karena tidak ada jawaban yang pasti, GR bertambah emosi. Pada saat jam istirahat berlangsung, GR lantas pulang ke rumah mengambil arit.
Baca Juga: Siswa SD Belajar di Ruang Kelas yang Rusak Parah
GR kembali ke sekolah dengan menenteng sabit dan menantang sang guru. Apa yang dilakukan oleh GR ternyata membuat seluruh penghuni sekolah merasa ketakutan. Para guru serta guru yang menyita handphone tersebut lantas menyerahkan handphone tersebut karena menghindari terjadinya aksi yang tidak diinginkan. Handphone tersebut diberikan dengan cara dilempar.
Wali kelas 8, Estuwarso mengakui jika peristiwa apa yang menimpa Dr tersebut sebenarnya banyak terjadi pada siswa yang lain. Ketika akan mengambil handphone yang disita sekolah selalu mencatatkan agar siswa yang handphonenya disita tersebut didampingi oleh wali murid.
"Peristiwa yang dilakukan oleh GR tersebut akibat terbawa emosi dan GR tidak prosedur pengambilan handphone yang disita oleh pihak sekolah. Dan aturan sekolah sudah jelas, siswa tidak boleh bermain HP ketika jam pelajaran berlangsung," katanya.
Kendati demikian, peristiwa tersebut berakhir dengan cara kekeluargaan.
Wali murid dari GR bersedia minta maaf dan dan akan melakukan pembinaan anaknya. Kedua belah pihak juga tidak akan melaporkan peristiwa tersebut kepada aparat kepolisian serta tidak ada dendam lagi di kemudian hari.
"Kita sepakat untuk diselesaikan secara kekeluargaan,"ujar Kepala Sekolah Sriyana.
Sriyana menandaskan, sampai saat ini GR masih berstatus sebagai siswanya. Pihak sekolah juga tidak akan mengeluarkan GR dan selalu memberi kesempatan untuk melanjutkan sekolah. Sekolah akan terus membimbing GR sampai lulus nanti.
GR sendiri mengaku memang gemar bermain Handphone. Namun tidak setiap hari dirinya membawa Handphonenya ke sekolah. Dan kebetulan hari Kamis (5/9/2019) lalu, dirinya sedang membawa handphone di sekolah dan lantas disita oleh gurunya.
Kontributor : Julianto