Suara.com - Dari tujuh tokoh yang pernah memimpin Indonesia, Presiden ke-3 Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie dikenal sebagai yang paling jenius, terlebih di bidang penerbangan.
Berbagai sumbangsih yang besar telah ia berikan pada teknologi pesawat terbang dunia lewat karya dan penemuannya, salah satunya crack progression theory, alias teori Habibie.
Karena teori itu, yang menjadi kontribusi besar darinya di dunia penerbangan, BJ Habibie mendapat julukan Mr Crack.
Teori tersebut dipakai untuk memprediksi crack propagation point, atau letak awal retakan pada pesawat, terutama sayap, yang merupakan struktur penyangga, sehingga selalu menahan tekanan, apalagi saat take off (lepas landas), landing (mendarat), dan mengalami turbulensi.
Baca Juga: Didampingi Mensesneg, Jokowi Jenguk BJ Habibie di RSPAD Gatot Soebroto
BJ Habibie menghasilkan temuan itu saat berusia 32 tahun. Dengan kejeniusannya, pria kelahiran 25 Juni 1936 itu berhasil membuat perhitungan yang sangat detail, sampai ke tingkat atom.
Sebelum ditemukan teori tersebut, kecelakaan pesawat sangat sering terjadi lantaran kelelahan (fatigue) material struktur pesawat sulit dideteksi.
Para insinyur pun meningkatkan safety factor dengan menambah kekuatan konstruksi, untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk.
Padahal, cara tersebut justru membuat pesawat lebih berat, terbang lebih lambat, sulit bermanuver, dan menghabiskan lebih banyak bahan bakar.
Dengan teori Habibie, mereka bisa menghitung letak dan besar retakan, sehingga bobot pesawat pun bisa dikurangi. Inilah yang disebut faktor Habibie.
Baca Juga: Ditangani 44 Dokter Kepresidenan, Kesehatan BJ Habibie Membaik
Berkat temuan Habibie ini, pesawat di dunia lebih hemat bahan bakar dan standar keamanan pada pesawat ditingkatkan.