Suara.com - Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI), Hikmahanto Juwana melihat propaganda jarak jauh yang dilakukan Benny Wenda mirip dengan apa yang dilakukan pemimpin revolusi dan pendiri dari Republik Islam, Ayatullah Agung Ruhollah Khomeini.
Khomeini juga melakukan propaganda dari jauh untuk menggulingkan pemerintahan Shah Mohammad Reza Pahlavi.
Hikmahanto menjelaskan Khomeini sempat bermukim di Perancis. Namun, Khomeini menggunakan cara merekam ceramah-ceramah soal pokok-pokok pemerintahan Islam serta membangun kontak dengan aktivis-aktivis Ikhwanul Muslimin dan militan Palestina yang ia dukung secara finansial.
Ceramah itu kemudian direkam ke dalam kaset dan disebarkan oleh pengikutnya yang rajin menembus perbatasan.
Baca Juga: Polri Telisik Keterlibatan ISIS di Papua dari Teror Bom Polres Manokwari
Pemerintah Iran ala Monarki di bawah Shah Mohammad Reza Pahlavi pun ambruk setelah propaganda Khomeini. Khomeini menjadi tokoh revolusi dan pendiri dari Republik Islam.
"Dia (Khomeini) ada di Perancis lalu, dia menggalang dari Perancis, nah kalau sudah kuat dia masuk ke perangkat Iran, kalau Pahlavinya sudah jatuh kan waktu itu kan jatuh, akhirnya jatuh," kata Hikmahanto kepada Suara.com, Jumat (6/9/2019).
Cerita dari Iran itu tidak begitu jauh dengan apa yang dilakukan Benny Wenda. Seperti yang disebutkan oleh Kepala Kepolisian Indonesia Jenderal Tito Karnavian. Tito menyebut Benny sengaja membuat kerusuhan Papua dan Papua Barat untuk memenuhi kepentingannya menjelang rapat Komisi HAM PBB di Jenewa yakni soal referendum Papua merdeka.
"Cara-cara dia (Benny Wenda) adalah menggunakan upaya diplomasi mengadu domba masyarakat di dalam, di Indonesia, di Papua buat kerusuhan," katanya.
"Itu kan kerusuhan awalnya kan kerusuhan karena masalah rasialis masa kemudian ujungnya referendum, yang benar saja," katanya.
Baca Juga: Kondisi Surya Anta di Rutan Mako Brimob Versi Polisi
Diketahui, nama Benny Wenda kembali mencuat setelah maraknya aksi kerusuhan di Papua dan Papua Barat. Meletupnya kerusuhan di tanah Cenderawasi itu terkait adanya aksi rasial terhadap mahasiswa Papua beberapa lokasi seperti di Surabaya dan Malang, Jawa Timur.
Ketua United Liberation Movement For West Papua (ULMWP) itu bahkan dituding pemerintah Indonesia sebagai dalang di balik dari aksi yang berusuh rusuh di Papua dan Papua Barat. Tudingan itu di antaranya disampaikan Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian.
Kedua pejabat itu bahkan mengaku bakal menangkap Bennny Wenda bila berani datang ke Indonesia.
"Masuk ke Indonesia saya tangkap atau kita tangkap," kata Wiranto saat jumpma pers di Kantornya, Rabu (4/9/2019).
Diketahui, Benny Wenda kini sudah menjadi warga negara asing setelah diangkat menjadi warga kehormatan Kota Oxford dari pemerintah Inggris.
Namun, Benny Wenda sempat membantah tudingan pemerintah yang menyebut dirinya menjadi provokator terkait aksi kerusuhan yang terjadi di Papua dan Papua Barat.