“Lalu apa sekarang, orangutan tapanuli yang menjadi kebanggaan Indonesia, habitatnya terancam. Apakah kita diam untuk itu, tak bisa,” katanya.
Menurut mereka, pemerintah tak seharusnya memberikan panggung kepada korporasi kotor lalu menyuguhkan pendidikan kotor.
“Bahkan mereka sendiri telah secara terang-terangan melakukan pemalsuan tanda tangan tim ahli. Kita tidak menolak energi terbarukan. Cuma harus benar-benar clear and clean. Tidak bisa main terus. Bagaimana menciptakan keadilan ekologi kalau tetap terlaksana sampai sekarang,” katanya.
Saat itu, seseorang mencoba untuk menghentikan orasi mereka namun tidak berhasil. Agus sendiri, tetap berdiri tenang di panggung bersama dengan Kepala Humas KLHK Djati Witjaksono, Mantan Menteri Lingkungan Hidup, A. Sonny Keraf dan moderator Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sumut, Binsar Situmorang.
Baca Juga: Ladang Sawit Rusak Hutan, JK: Pemerintah Lakukan Moratorium Perluasan Lahan
Seolah tidak terjadi apa-apa, Agus justru mengucapkan terima kasih dan mengajak untuk bermain hitung-hitungan. Menurutnya, 1,6 juta ton karbon per tahun kalau digunakan fungsi hutan yang di Ciberekah itu setara dengan 200 ribu hektare fungsi dari hutan yang dipertahankan.
Ketika pembangunan, kata dia, ada proses land clearing. Ada sebagian yang harus pembukaan lahan karena lerengnya berat. Tak mungkin bekerja di tanah yang miring.
“Nah, berapa karbon yang teremisi dari pembukaan lahan, ternyata tidak banyak karena hasil penelitian kita kandungan karbon di lahan yang kita buka ini sangat kecil. Totalnya kalau diambil nilai rata-ratanya, adalah 20,3 ton itu yang akan hilang selama proses pembukaan lahan,” katanya.
Berita ini sebelumnya dimuat Kabarmedan.com jaringan Suara.com dengan judul "Detik-detik Presentasi PT NSHE Dipotong Aksi Walhi Sumut Dengan Teriakan Pembohong Besar"
Baca Juga: Terobos Perbatasan, Babi Hutan Indonesia Ramai-ramai Invasi Malaysia