Suara.com - Para penumpang kereta di Hong Kong disambut oleh polisi antihuru-hara di stasiun bawah tanah pada Senin (2/9) dalam situasi menegangkan setelah massa pada akhir pekan semakin gencar memperjuangkan demokrasi di kota yang berada di kendali China tersebut.
Hong Kong sedang menghadapi krisis politik terparahnya dalam puluhan tahun belakangan ini.
Massa menyerukan aksi mogok nasional pada Senin, namun kota tersebut terlihat kembali tenang. Toko-toko kembali dibuka, kereta beroperasi dan para karyawan di kota pusat bisnis global tersebut kembali bekerja.
Banyak sekolah dasar ditutup lantaran peringatan badai dan beberapa anak yang lebih besar pergi ke sekolah dengan menggunakan helm. Mahasiswa, yang kerap memimpin aksi protes, diharapkan dapat mengganti kelas yang mereka tinggalkan selama aksi protes.
Baca Juga: Mengenal Sosok 2 Aktivis Milenial Hong Kong yang Ditakuti China
"Tidak, tidak, kami tidak akan melakukan aksi mogok. Pada saat ini kami membutuhkan uang," kata Cherry Leung (47), sambil menyusun dagangan jeruk dan semangka di warung miliknya.
"Saya rasa kami cukup kesulitan untuk saat ini," kata dia.
Ribuan pengunjuk rasa memblokade jalan dan transportasi umum menuju bandara Hong Kong pada Minggu (1/9) dalam upaya menarik perhatian dunia pada gerakan mereka untuk memaksa Beijing memberikan otonomi yang lebih luas kepada bekas jajahan Inggris tersebut. (Antara)