Suara.com - Acara kebaktian tutup peti menjadi perbincangan di media sosial karena diadakan di jalan tepat di depan masjid Darussalam Jalan Cempaka Baru, Kemayoran, Jakarta Pusat bisa jadi contoh hubungan intim antar umat beragama yang berbeda keyakinan. Mereka harus saling bantu agar tercipta toleransi.
Hal itu dikatakan Rita Fransiska Gultom, salah seorang keluarga yang mengadakan upacara kebaktian tutup peti di depan Masjid Darussalam, Jakarta. Masjid Darussalam bukan pertama kali mengizinkan upacara kebaktian di depan masjid.
Menurutnya pada tahun 2006 itu, acara yang diadakan jauh lebih ramai dari pada upacara yang diadakan Senin (26/8/2019) itu. Namun warga dan pihak masjid menerimanya dan acara berlangsung tanpa masalah.
"Ada musik-musik batak, ramai juga, nggak masalah," kata Rita di Jalan Cempaka Baru, Jakarta Pusat, Senin (2/8/2019).
Baca Juga: Masjid Darussalam Suka Izinkan Gelar Kebaktian di Halaman, Ada Musik Batak
Ia mengaku tidak menyangka acara kebaktian tutup peti kakak iparnya itu bisa menjadi viral di media sosial. Rita berharap kejadian ini bisa menjadi contoh bagi warga Indonesia di lokasi lain agar menjunjung tinggi toleransi antara umat beragama.
"Kan yang nyebar fotonya cuma ingin tunjukin rasa syukur saja gitu. Mudah-mudahan bisa jadi contohlah buat warga lain biar saling bantu antar umat beragama," pungkasnya.
Awal mula
Potret toleransi antarumat beragama ditunjukkan warga Cempaka Baru, Kemayoran, Jakarta Pusat hingga jadi perbicangan hangat di dunia maya.
Aksi toleransi itu terjadi saat seorang warga setempat yang beragama Kristen meninggal dunia.
Baca Juga: Fakta Viral Kebaktian Kristen Digelar di Depan Masjid Darussalam Jakarta
Namun, jenazah yang sudah ditempatkan dalam peti mati itu tak bisa dibawa ke rumah duka untuk prosesi kebaktian. Sebab, rumahnya berada di dalam gang sempit.
Alhasil, keluarga dan umat Kristen yang hendak melakukan kebaktian dipersilakan memakai halaman masjid setempat.
Informasi tersebut awalnya dibagikan oleh Jeferson Goeltom lewat laman Facebook.
Berdasar foto yang diunggah, tampak sejumlah orang yang duduk menghadap peti jenazah warga beragama Kristen tersebut. Sementara seorang pendeta, khidmat memimpin kebaktian.
Jeferson Goeltom menuliskan saat itu tengah dilaksanakan upacara kebaktian tutup peti jenazah istri dari keponakannya.
"Indahnya Harmoni dan Toleransi di Cempaka Putih. Hari ini mengikuti kebaktian tutup peti, dimana istri keponakan meninggal dunia," tulisnya, Senin (26/8/2019).
Kebetulan kondisi saat itu tidak memungkinkan untuk membawa peti ke rumah mendiang yang ada di gang sempit.
Beruntung, warga setempat memberikan izin untuk melakukan upacara tutup peti di depan masjid.
"Karena satu hal lokasi rumah di gang sempit dan peti tidak masuk bisa masuk ke dalam rumah, ada kejadian luar biasa yang kami rasakan karena diizinkan beribadah di depan masjid," terangnya.
Mendapat perlakuan tersebut, Jeferson Goeltom pun mengucapkan terima kasih kepada warga setempat. Ia pun merasakan makna dari tolerasi yang sesungguhnya.
"Terima kasih saudaraku pengurus masjid dan masyarakat di sekitar atas bantuan dan 'Toleransi yang Super Tinggi'. Kiranya Tuhan memberkati dan melindungi serta memberikan berkah yang indah untuk kalian semua. Love you all," tandasnya.
Potret toleransi yang diunggah itu pun langsung dibanjiri like dan komentar dari warganet. Banyak dari mereka yang memberikan komentar pujian seperti berikut ini.
"Indahnya kesatuan Indonesia, meskipun berbeda tetapi saling menghargai," kata Mary Lee.
"Inilah NKRI, karena kita adalah persatuan Indonesia," tulis Lili E. Andriani.
"Inilah Indonesia yang sebenarnya. Perbedaan tidak menjadikan perpecahan. Kadang, orang-orang yang tidak suka dengan hal seperti ini yang akan menjadi biang keladi dari perpecahan," balas Melysa Innosensia Citienjk.