Masjid Darussalam Suka Izinkan Gelar Kebaktian di Halaman, Ada Musik Batak

Senin, 02 September 2019 | 12:05 WIB
Masjid Darussalam Suka Izinkan Gelar Kebaktian di Halaman, Ada Musik Batak
Rita Fransiska Gultom, keluarga penggelar Kebaktian. (Suara.com/Fakhri)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Acara kebaktian tutup peti menjadi perbincangan di media sosial karena diadakan di jalan tepat di depan masjid Darussalam Jalan Cempaka Baru, Kemayoran, Jakarta Pusat. Ternyata kejadian ini bukan pertama kalinya terjadi di lokasi tersebut.

Adik ipar dari keluarga yang mengadakan upacara itu, Rita Fransiska Gultom menyatakan sebelumnya ia dan keluarganya sudah pernah menggelar acara serupa. Kejadian sebelumnya adalah upacara kebaktian tutup peti untuk ibunya yang wafat saat itu.

"Kan dulu pernah juga, tahun 2006 ibu saya di depan masjid juga. Izin juga enggak ada masalah, semuanya lancar," kata Rita di Jalan Cempaka Baru, Jakarta Pusat, Senin (2/8/2019).

Upacara Tutup Peti di Depan Masjid. (Facebook)
Upacara Tutup Peti di Depan Masjid. (Facebook)

Bahkan, menurutnya pada tahun 2006 itu, acara yang diadakan jauh lebih ramai dari pada upacara yang diadakan Senin (26/8/2019) itu. Namun warga dan pihak masjid menerimanya dan acara berlangsung tanpa masalah.

Baca Juga: Wujud Toleransi, Umat Muslim Salat Idul Adha di Depan Gereja Koinonia

"Ada musik-musik batak, ramai juga, enggak masalah," kata Rita.

Ia mengaku tidak menyangka acara kebaktian tutup peti kakak iparnya itu bisa menjadi viral di media sosial. Rita berharap kejadian ini bisa menjadi contoh bagi warga Indonesia di lokasi lain agar menjunjung tinggi toleransi antara umat beragama.

"Kan yang nyebar fotonya cuma ingin tunjukin rasa syukur saja gitu. Mudah-mudahan bisa jadi contohlah buat warga lain biar saling bantu antar umat beragama," pungkasnya.

Awal mula

Potret toleransi antarumat beragama ditunjukkan warga Cempaka Baru, Kemayoran, Jakarta Pusat hingga jadi perbicangan hangat di dunia maya.

Baca Juga: Cerita Gereja dan Masjid Agung Malang 150 Tahun Memelihara Toleransi

Aksi toleransi itu terjadi saat seorang warga setempat yang beragama Kristen meninggal dunia.

REKOMENDASI

TERKINI