Suara.com - Sebanyak 8 sipil atau masyarakat umum tewas ditembak saat unjuk rasa anti rasisme di Kantor Bupati Deiyai, Papua, Rabu (28/8/2019) lalu. Data ini dipaparkan oleh Wakil Bupati Deiyai Hengky Pigai.
Pigai menyatakan sejumlah delapan warga sipil tewas dalam insiden itu. Sejumlah 16 warga sipil lainnya terluka dan masih dirawat di rumah sakit.
“Jumlah korban masyarakat sipil itu sudah delapan orang meninggal. Yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Paniai di Madi ada 16 orang. Itu korban yg sudah ditemukan. Akan tetapi, masih ada korban yang dalam pencarian. Jadi, [data] jumlah korban [ini bersifat] sementara,” kata Pigai saat dihubungi melalui sambungan telepon di Waghete, Minggu (1/9/2019).
Meski memastikan sedikitnya delapan warga tewas dalam insiden penembakan dalam bentrokan antara pengunjukrasa anti rasisme pada Rabu, Pigai tidak bersedia merinci nama para korban. Pigai menyatakan pihaknya akan terus memverifikasi data korban, mengigat banyak pengunjukrasa yang melarikan diri ke hutan saat penembakan terjadi.
Baca Juga: 6.000 Tentara dan Polisi Terjun ke Papua, Kapolri: Kalau Kurang Tambah Lagi
Sementara itu, Aktivis hak asasi manusia sekaligus Ketua Departemen Keadilan dan Perdamaian Sinode Gereja Kingmi di Tanah Papua, Yones Douw yang juga menghimpun dan memverifikasi data korban menyatakan hingga Sabtu (31/8/2019) pihaknya telah berhasil memastikan identitas tujuh warga sipil yang tewas dalam insiden penembakan di Kantor Bupati Deiyai itu. Yones Douw juga menyatakan pihaknya telah menerima infomasi keberadaan satu jenazah lain di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Paniai di Madi, namun belum berhasil memverifikasi identitas jenazah itu.
Di antara tujuh korban tewas yang telah diketahui identitasnya oleh Yones Douw itu, sejumlah tiga jenazah korban tewas sempat dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Paniai di Madi.
“Mereka adalah Alpius Pigay berusia 20 tahun, Pilemon Waine berusia 28 tahun, dan Aminadab Potouki berusia 24 tahun. Identitasnya kami ketahui karena ketiga jenazah itu telah diserahkan kepada keluarga masing-masing,” kata Douw.
Selain itu, ada empat warga sipil lain yang tewas di halaman Kantor Bupati Deiyai, dan langsung dibawa dan diurus kerabatnya masing-masing tanpa sempat dibawa ke rumah sakit.
“Keempat orang itu adalah Derikson Adii berusia 21 tahun, Hans Ukago berusia 26 tahun, Marinus Ikomouw berusia 37 tahun, dan Yemii Douw berusia 29 tahun,” kata Yones Douw saat dihubungi di Nabire pada Sabtu.
Baca Juga: Kapolri Minta Doa Keselamatan Pasukan TNI dan Polisi di Papua
Terkait keberadaan satu orang jenazah lain di RSUD Paniai di Madi, Yones Douw menyatakan ia belum berhasil memverifikasi dan mengetahui identitas jenazah itu. “Jadi kami masih berpegang kepada hasil verifikasi kami, bahwa jumlah korban tewas ada tujuh,” katanya.
Projo Keuskupan Timika, Papua di Kabupaten Deiyai, Pastor Santon Tekege Pr menyatakan pihaknya juga telah menerima informasi bahwa delapan warga sipil tewas dalam insigen penembakan di Kantor Bupati Deiyai itu. Akan tetapi, Pastor Santon kesulitan memverifikasi data korban tewas, antara lain karena Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Paniai di Madi merahasiakan data korban tewas dan terluka yang ada di rumah sakit itu.
“Kami menerima data delapan warga tewas, nama marganya diketahui, namun nama depan dan umurnya masih diverifikasi. Saya sudah menemui manajemen RSUD Paniai di Madi, namun rumah sakit belum bersedia memberikan data-data korban tewas maupun luka. Data jumlah korban bisa bertambah lagi, karena masyarakat bilang masih ada korban di hutan, tetapi mereka belum bisa mengecek karena aparat keamanan masih berjaga-jaga,” kata Pastor Santon saat dihubungi, Sabtu kemarin.
Menurut Pastor Santon, ia bersama sejumlah tokoh masyarakat di Deiyai telah diundang Bupati Deiyai Ateng Edowai pada Jumat.
“Bupati ternyata telah menerima empat nama jenazah di RSUD Paniai dari direktur rumah sakit. Akan tetapi, Bupati Deiyai juga menyatakan nama keempat jenazah itu belum dapat diumumkan,” kata Pastor Santon.