Suara.com - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengeluarkan Instruksi Gubernur (Ingub) Nomor 66 Tahun 2018 yang salah satunya berisikan peraturan perluasan aturan ganjil genap (gage) kendaraan bermotor.
Namun, aturan ganjil genap yang dianggap Anies akan mengurangi polusi di Jakarta itu justru membuat rugi pedagang.
Perwakilan warga dan pedagang di Pasar Hayam Wuruk Indah (HWI) Lindeteves, Glodok, Jakarta Barat mengungkapkan keuntungannya menurun sejak diberlakukannya gage di kawasan tersebut.
Seorang perwakilan pedagang Pasar Glodok, Eka mengatakan, sejak uji coba perluasan kawasan ganjil-genap yang dimulai pada 12 Agustus 2019 lalu, omset para pedagang menurun hingga 50 persen. Lantaran, kendaraan menjadi sedikit melintas di kawasan tersebut dan membuat tempatnya berjualan menjadi sepi.
Baca Juga: Mobil Pengangkut Barang Harus Ganti Plat Kuning Agar Tak Kena Ganjil Genap
"Dampaknya dagangan sudah dua minggu sepi, penurunan omset saat uji coba ini menurun hingga 50 persen," ujar Eka dalam keterangan tertulis pada Sabtu (31/8/2019).
Eka mengaku sudah merugi karena dagangan sepi dan biaya operasional harus dikeluarkan setiap harinya. Karena itu, ia meminta Anies menghentikan aturan gage tersebut.
"Kami operasional jalan terus, gaji karyawan jalan terus. Itu kan menjadi dampak yang sangat tidak menguntungkan bagi kami," jelasnya.
Ketua Koperasi Pasar (Koppas) HWI Lindeteves, Chandra Suwono mengungkapkan, perluasan sistem gage di Jalan Gajah Mada Hayam Wuruk, Gunung Sahari bukan solusi mengatasi kemacetan. Menurutnya kepadatan kendaraan terjadi karena jam sibuk dan lampu lalu lintas yang jaraknya berdekatan.
"Gunung Sahari itu dari Glodok, dari Ancol sampai dengan Pasar Senen itu kira-kira jaraknya dua kilometer, itu ada tujuh traffic light, itulah sumber kemacetan sebetulnya," tutur Candra.
Baca Juga: Pengusaha Minta Mobil Listrik Kebal Ganjil Genap dan Gratis Parkir di Mall
Candra menjelaskan, untuk kawasan Gunung Sahari, perluasan gage tidak berdampak signifikan dalam mengurangi kepadatan lalu lintas. Ia menyebut membangun flyover di ruas jalan tersebut adalah solusi yang lebih baik.
“Solusinya untuk Jalan Gunung Sahari saya pikir Pak Gubernur harus respons ini, solusinya itu flyover seperti di Jembatan Dua dan Jembatan Tiga,” katanya.
Selain itu, Chandra menilai penerapan gage tidak berpengaruh dalam mengurangi polusi udara. Sebab, polusi terbanyak bukan disebabkan oleh mobil, melainkan dari motor roda dua.
"Sebetulnya kontribusi mobil (untuk emisi) itu sedikit karena sistem pembakaran mobil itu hampir mendekati zero emission. mungkin 10 tahun lagi produk mobil zero emissions. Maaf ya, kontribusi sepeda motor untuk emisi itu luar biasa," katanya.
Lebih lanjut, Candra mengusulkan agar dalam mengatasi masalah polusi, sebaiknya Pemprov DKI membuat gerakan menghijaukan Jakarta ketimbang membuat kebijakan ganjil-genap yang justru merugikan rakyat.
"Kalau solusi mengurangi emisi, salah satunya bagaimana menghijaukan Jakarta. Karena kita tahu kalau pohon itu kan menghasilkan oksigen, oksigen itu kan mencuci polusi," katanya.