Suara.com - Putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka, ikut menanggapi cuitan politikus PDI Perjuangan Kirana Larasati, yang meributkan jejak digital anggota Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) DKI Jakarta Marco Kusumawijaya tentang pedagang kaki lima (PKL).
Tak banyak komentar, Gibran hanya mewakilkan tawanya lewat cuitan pada Jumat (30/8/2019) itu.
"Awokwokwokwok," kicau pengusaha kuliner yang terkenal dengan inovasi martabaknya itu.
Seorang warganet kemudian menyayangkan respons Gibran terhadap Marco Kusumawijaya.
Baca Juga: Sepakat dengan Firman TGUPP Pemprov DKI, BW: Mungkin Betul Raja Juli Hoaks
Pengguna akun @UG_Moody tersebut menilai Gibran tak punya adab karena tertawanya itu.
"Lagian apa yang diketawain dari tweet-nya Pak @mkusumawijaya? Emangnya 2 tweet itu udah bisa menyimpulkan maksud beliau soal PKL? Minta penjelasan dulu aja biar tahu," komentar @UG_Moody.
Cuitan itu lalu ditanggapi langsung oleh Marco Kusumawijaya. Ia mengajak warganet untuk memahami posisi pedagang formal, yang menurutnya memiliki "kepentingan untuk meniadakan PKL karena akan menyaingi mereka."
Dirinya lantas menyarankan supaya baik peadagang formal maupun PKL saling berbagi. Ahli tata kota itu memberi contoh PKL rujak juhi dan sate di depan restoran eskrim Ragusa di Jalan Veteran 1, Jakarta.
Ia pun secara langsung me-mention akun Twitter Gibran, @Chilli_Pari, di cuitannya yang berisi saran dalam berbisnis.
Baca Juga: TGUPP Anies Berseteru dengan PSI Perkara Posko Aduan Warga
"Izinkan saran saya ke @Chilli_Pari: alangkah baik kalau dalam bisnismu ada juga sekalian menampung PKL di dekat outletmu dengan sengaja membangun sinergi. Depan martabak bisa ada PKL sate. Depan minuman campur (yang 77 M itu?) bisa ada martabak Bangka/Terang-Bulan. (emoji tangan mengatup)," tulis @mkusumawijaya, Sabtu (31/8/2019).
"Lagi kemungkinan untuk bisnis catering: kerja sama dengan warga kampung yang banyak punya bisnis catering kecil-kecilan. Kalau dapat order besar, di-source dari mereka bisa. Beberapa punya kekhasan yang tak terlupakan. Di Kampung Akuarium ada nasi kuning dan rendang kering yang aduhai. Saya jamin!" imbuhnya.
Kirana Larasati mengunggah tangkapan layar dua cuitan Marco Kusumawijaya pada Jumat (30/8/2019).
Pernyataan yang pertama ditulis pada 8 April 2014, ketika DKI Jakarta dipimpin Jokowi dan Basuki Tjahaja purnama (BTP) alias Ahok, sementara yang kedua berasal dari cuitan Marco Kusumawijaya baru-baru ini, Jumat (30/8/2019), dengan Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Kedua cuitan itu sama-sama membahas pedagang kaki lima (PKL), tetapi dengan pendapat yang berbeda.
Pada 2014, Marco Kusumawijaya mengatakan Jokowi-Ahok tak berprestasi karena PKL dan pengendara sepeda motor menguasai trotoar.
Lima tahun berselang, dirinya justru mendukung PKL dan menyebutnya sebagai "marhaen kota yang memberi kita makan cukup terjangkau sehari-hari."
Setelah dicemooh warganet, Marco Kusumawijaya memberikan klarifikasi dengan menekankan bahwa cuitannya pada 2014 tidak mempermasalahkan PKL.
"Apa yang berubah, Mbak? Saya tidak merasa berubah pikiran, bahkan sebelum ada Twitter. Ikut mengkaji berbagai cara menata, bukan menghilangkan PKL," tulisnya untuk warganet yang menyindirnya.
Belum lama ini, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyampaikan pernyataan yang menimbulkan kontroversi dari berbagai pihak.
Ia mengatakan Pemprov DKI sedang mempersiapkan aturan agar PKL bisa berjualan di trotoar karena menurutnya, pemanfaatan fasilitas publik di Jakarta harus dirasakan oleh semua kalangan, termasuk PKL.