Suara.com - Ketua Majelis Rakyat Papua atau MRP Timotius Murib mengatakan sudah memenyampaikan aspirasi rakyat Papua ingin merdeka. Aspirasi kemerdekaan Papua sudah diterima Senin (26/8/2019) lalu.
Hal ini disampaikan Timotius Murib untuk menyikapi demonstrasi di Kota Jayapura, Papua, yang berkembang menjadi amuk massa. Dalam unjukrasa pada Kamis, massa membakar Kantor MRP, merusak sejumlah hotel, kantor, dan pusat perbelanjaan di Kota Jayapura.
Murib menyatakan ia telah menerima laporan Kantor MRP dibakar massa. Namun ia belum mendapat laporan taksiran kerugian akibat pembakaran itu.
“Ruang sidang utama, ruang umum, dan ruang keuangan [MRP] yang dibakar. Yang tidak terbakar ruang pimpinan dan ruang-ruang Kelompok Kerja MRP,” ujar Murib.
Baca Juga: Rizieq Shihab: Daripada Papua Pisah Diri, Lebih Baik Jokowi Lepas Jabatan
Laporan wartawan Jubi di lapangan pun menyebutkan pembakaran juga menimpa beberapa kantor dan fasilitas umum seperti kantor Grapari di Kotaraja, Stasiun Bumi PT Telkom di Jayapura, PTC Entrop, juga kantor Polsek Jayapura Selatan di Entrop. Massa juga melempari sejumlah hotel dan perkantoran di Abepura dengan batu.
Timotius Murib, menyayangkan demonstrasi yang berujung anarkis itu, namun memaklumi peristiwa itu terjadi karena Negara lamban memenuhi aspirasi masyarakat Papua yang telah disampaikan selama dua pekan terakhir. “Memang tidak bisa dibendung [unjukrasa berkembang menjadi amuk massa. Itu] kekecewaan rakyat, [yang] sudah disampaikan terus-menerus di seluruh tanah Papua,” ujarnya.
Kendati demikian, Murib mengimbau seluruh masyarakat Papua untuk menahan diri, dan tidak melakukan tindakan yang dapat merugikan diri sendiri dan masyarakat pada umumnya.
“Sebagai pimpinan MRP, saya meminta kepada seluruh masyarakat Papua, seluruh masyarakat yang menyampaikan aspirasi ini, terkait kejadian pertama tanggal 16 Agustus di Surabaya, terakhir hubungan internet juga putus. Konsekuensi yang kita bisa rasakan ini adalah kerugian terhadap masyarakat umum. Oleh karenanya, saya berharap seluruh masyarakat Papua tenang. Tenang karena pemimpin hari ini menyampakan aspirasi, kerinduan, keinginan yang sama [dengan masyarakat Papua] kepada Negara,” pesannya.
Murib juga meminta seluruh pimpinan massa aksi untuk menenangkan seluruh basis massanya. “Kami sudah menyuarakan [semua aspirasi masyarakat Papua] dan berbicara kepada Presiden. Jadi saya berharap seluruh ketua atau koordinator Badan Eksekutif Mahasiswa, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh perempuan supaya menyampaikan kepada massa masing-masing, supaya kita tenang. Karena, kerugian yang akan dirasakan akibat daripada anarki yang kita lakukan ini dapat menyakiti rakyat sendiri,” imbaunya lagi.
Baca Juga: Papua Mencekam dan Lumpuh, Anak Sekolah Tak Bisa Sekolah Sepekan
Menurut Murib, seluruh aspirasi masyarakat Papua itu telah disampaikan bersama-sama oleh para pemimpin di Provinsi Papua kepada Presiden Joko Widodo pada Senin pekan ini. Saat itu Presiden menemui Gubernur Papua Lukas Enembe, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Papua Yunus Wonda, Ketua MRP Timotius Murib, dan Sekretaris Daerah Provinsi Papua Hery Dosinaen. Pertemuan itu berlangsung di Istana Negara.
Disebutkan Murib, aspirasi yang disampaikan para pemimpin Provinsi Papua kepada Presiden Joko Widodo itu termasuk masalah persekusi dan rasisme yang dialami mahasiswa Papua di Surabaya yang akhirnya berdampak ke mana-mana, dan permintaan pemulangan semua mahasiswa Papua dari seluruh kota studi mahasiswa Papua di Indonesia. Para pemimpin Provinsi Papua juga meminta pemerintah segera memulihkan jaringan komunikasi dan informasi di Papua dan Papua Barat, baik telepon ataupun internet.
Murib menyatakan para pemimpin Provinsi Papua juga telah menjelaskan mengapa masyarakat masyarakat Papua yang menuntut referendum. Para pemimpin Provinsi Papua menjelaskan kepada Joko Widodo bahwa aspirasi masyarakat Papua untuk memerdekakan Papua terjadi karena masyarakat Papua terus mengalami kekerasan.
“Kita sudah bicarakan dengan Bapak Presiden kemarin agar [akses internet] segera dibuka. [Penjelasan kami] termasuk apa yang menjadi aspirasi hari ini. Karena terus menerus terjadi kekerasan [kepada masyarakat Papua] sehingga [masyarakat Papua] meminta Papua untuk lepas dari NKRI. Masyarakat sedang minta untuk merdeka, dan itu sudah disampaikan kepada Kepala Negara,” tandasnya.