Oleh sebab itu, ia berharap pemeritah Indonesia memberikan kesempatan kepada PBB untuk mengatasi polemik yang ada.
"PBB telah meminta akses ke Papua Barat untuk menyelidiki sejarah panjang kasus pembunuhan dan pemerintah Indonesia harus memberikan akses," kata Dr. Kirksey.
Sebelumnya berdasarkan laporan telepon yang diterima IPHAR, ada 12 pesawat militer yang mendarat di bandara Enarotali dan Timika.
Mereka membawa pasukan keamanan yang kemudian disebar ke Kabupaten Deiyai selama aksi damai di kantor Bupati.
Baca Juga: Kapolri: Prajurit TNI di Deiyai Gugur Saat Menjaga Senjata di Mobil
Demonstrasi yang semula damai, mendadak jadi ricuh saat pasukan memanggil demonstran Papua dengan sebutan 'monyet'.
Disebutkan, pasukan keamanan lalu menembakkan gas air mata yang disambut dengan busur dan anak panah dari warga setempat.
Dilaporkan media Reuters dan Aljazeera, akibat insiden tersebut enam orang warga sipil meninggal dunia. Salah satu di antaranya Alpius Pigai (20) yang di tembak mati.
Sementara korban lainnya terdiri dari Martinus Iyai (27), Naomi Pigome serta dua bocah berusia 9 dan 10 tahun yang juga ditembak di lokasi kejadian.
Di media sosial juga beredar foto dua warga sipil yang menjadi korban, masing-masing dari mereka terluka perut dan bahunya.
Baca Juga: Kapolri Kirim Ratusan Pasukan ke Deiyai dan Paniai, Brimob ke Jayapura
Para korban sulit diindentifikasi karena pasukan keamaanan berjaga. Kabarnya, lima orang pasukan keamanan dan tiga korban warga sipil dilarikan ke rumah sakit.