Kapolri: Pendemo Papua di Deiyai Tewas Bukan Ditembak Polisi, Kena Panah

Kamis, 29 Agustus 2019 | 11:40 WIB
Kapolri: Pendemo Papua di Deiyai Tewas Bukan Ditembak Polisi, Kena Panah
ILUSTRASI - Rakyat Papua di Deiyai saat duduki kantor bupati, 26 Agustus 2019. [Yuli Mote for SP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menyebut satu orang dari kelompok yang menyerang aparat meninggal dunia terkena panah saat baku senjata di Kantor Bupati Deiyai, Waghete II, Tigi, Deiyai, Papua pada Rabu (28/8/2019) kemarin. Oleh karenanya dia menduga pelaku bukan dari aparat kepolisian.

Jenderal Tito mengatakan busur panah yang membunuh seorang penyerang tersebut bukan berasal dari Polri maupun TNI yang berjaga.

"TNI-Polri tidak pernah gunakan panah, panah ini berasal dari belakang, dari kelompok penyerang sendiri. Sehingga kita duga dia meninggal karena terkena panah dari penyerang sendiri," kata Jenderal Tito di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (29/8/2019).

Dia mengklaim pihak TNI-Polri yang berjaga pada saat itu tidak pernah dibekali dengan senjata panah melainkan hanya peluru karet.

Baca Juga: Kerusuhan di Deiyai, Polisi Rilis Daftar Korban dari Aparat Keamanan

"Sehingga petugas yang ada kemudian melakukan pembelaan diri, saya dengar menggunakan peluru karet sehingga ada juga yang terkena bagian kakinya," jelasnya.

Sementara itu, di pihak aparat telah terkonfirmasi bahwa satu anggota TNI AD yakni Seda Rikson meninggal dunia terkena panah. Dua anggota TNI lainnya yakni Serka Arif, mengalami luka bacok di kepala dan Sertu Nendra, luka panah di kepala.

Serta 4 anggota kepolisian juga mengalami luka di antaranya, Bharada Akmal (luka panah di punggung), Bripda Rifli (panah tangan kiri), Bripka Dedi (luka panah di leher), dan Bripda Sawaki (luka panah di kaki kiri).

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo menyebut, kontak senjata itu berkaitan dengan unjuk rasa masyarakat yang berjumlah kurang lebih 150 orang. Unjuk rasa tersebut menuntut penandatanganan referendum.

"Dari 150 orang itu akhirnya berhasil dinegosiasi oleh aparat kepolisian," kata Dedi di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara, Rabu (28/8/2019).

Baca Juga: Anggota TNI AD Tewas Kena Panah di Deiyai, Moeldoko: Ada Provokator

Pada saat proses negosiasi berlangsung, tiba-tiba ribuan massa muncul dengan membawa senjata tajam dan panah. Seketika, penyerangan terhadap aparat TNI-Polri terjadi.

"Saat proses negosiasi itu sedang berlangsung, muncul kurang lebih sekitar ribuan masyarakt dari berbagai macam penjuru dengan membawa senjata tajam dan panah. Mereka melakukan penyerangan terhadap aparat keamanan, sehingga jatuh korban," tegasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI