Selain itu, pihak puskesmas membantah telah mendiagnosis bocah itu dengan gangguan akibat game onlie. Maka dari itu, mereka meminta masyarakat utnuk berhenti menyebarkan videonya.
"1. Pada saat kejadian perekaman pihak dokter puskesmas tidak mengetahui kalau ada perekaman video.
2. Pihak puskesmas tidak pernah memberikan rujukan dengan diagnosis akibat game online.
3. Kami dari puskesmas memohon kepada masyarakat untuk tidak menyebarkan lagi video tersebu, karena akan berpengaruh kepada psikologi anak tersbut," bunyi pernyataan pada surat itu, yang ditandangani oleh Kepala Puskesmas DUkun dr Didik Guntur Saputra.
Baca Juga: Nettox Watch, Jam Tangan Buatan Mahasiswa UI Atasi Kecanduan Internet
Di samping itu, pihak keluarga juga telah menyatakan hal serupa, diwakili oleh kakak sepupu pasien, yang menggunakan akun Facebook Shifara Branded Kids.
Ia menjelaskan, Jumat (23/8/2019), adik sepupunya telah ditangani oleh dokter spesiali. Kondisi kejiwaannya pun normal setelah dicek.
Hasil pemeriksaan pun mengatakan bahwa pasien mengalami gangguan yang bukan disebabkan oleh kecanduan game online.
"Dokter menyatakan adik saya ini sakit 'HEMIBALLISMUS'. Singkat penjelasan dokter, Hemiballismus adalah infeksi bakteri yang menyerang sistem saraf, akibatnya menimbulkan gerakan di tangan dan kakinya tanpa bisa dikendalikan," tulis Shifara Branded Kids.
Berdasarkan tangakapan layar obrolan di WhatsApp yang ia sertakan, infeksi bakteri yang menyerang pasien dipicu oleh demam dan sering telat makan.
Baca Juga: Kecanduan Main Gadget 10 Jam Sehari, Mata Anak 9 Tahun Jadi Juling
Dirinya juga menerangkan bahwa adiknya ternyata direkam oleh petugas puskesmas tanpa izin dari pihak keluarga saat menunggu untuk diperiksa.