Kepala Seksi Wilayah Satu BKSDA Sumatera Barat, Khairi Ramadhan mengatakan, tim dengan jumlah lima orang itu berasal dari BKSDA Resor Agam.
"Tim ini langsung dipimpin Kepala BKSDA Resor Agam dan mereka ke lokasi pada Rabu (21/8) sekitar pukul 9.00 WIB," katanya.
Menurut dia, tim ke lokasi untuk memastikan apakah sungai itu merupakan habitat buaya muara dan melihat jarak lokasi serangan itu dengan habitat buaya.
Apabila lokasi serangan tidak merupakan habitat buaya, tambahnya, maka buaya itu akan dievakuasi dan dipindahkan ke daerah konservasi. Namun apabila lokasi itu habitat buaya, masyarakat diminta untuk saling berbagi dengan satwa dilindungi itu.
Baca Juga: Heboh, Buaya 5 Meter Muncul di Pantai Carocok Sumatera Barat
"Masyarakat dilarang melakukan aktivitas di lokasi agar buaya tidak terganggu," katanya.
Ia mengakui, konflik satwa liar jenis buaya di wilayah kerja BKSDA Resor Agam sudah terjadi tiga kasus sepanjang 2019. Dua kasus lain adalah konflik dengan beruang madu.
Untuk mengatasi itu, pihaknya mengimbau warga yang tinggal di sepanjang sungai merupakan habitat buaya dan hutan lindung agar tidak melakukan aktivitas di daerah itu.
"Kita telah melakukan kerja sama dengan perusahaan kelapa sawit untuk memasang papan imbauan tidak melakukan aktivitas di sungai yang merupakan habitat buaya," katanya.
Baca Juga: Biaya Makan Rp 1 Juta per Hari, Polisi Ini Pelihara Buaya Layaknya Anjing