Suara.com - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fahri Hamzah menyatakan responsnya untuk masalah terkait taruna Akademi Militer (Akmil) keturunan Prancis, Enzo Zenz Allie.
Dia berharap, Enzo diberi kesempatan untuk mewujudkan cita-citanya untuk masuk TNI.
Komentar tersebut ia sertakan dalam caption panjang di Instagram untuk foto yang ia unggah pada Jumat (16/8/2019).
Fahri Hamzah mengaku, selama perjalanan pulang ke Indonesia dari Jeddah, Arab Saudi, dirinya teringat akan Enzo.
Baca Juga: Beri Selamat, Jubir Prabowo ke Enzo: Bungkam Penuduh dengan Prestasi
Meski tak mengenal Enzo, Fahri Hamzah mengutarakan pendapat berdasarkan pengalamannya saat tergabung dalam panitia kerja (Panja) UU Imigrasi, yang ia sebut, "senapas dengan UU Kewarganegaraan."
Politikus 47 tahun itu membandingkan Enzo dengan seorang WNI berdarah Prancis yang ia kenal kala itu.
"Saya tidak kenal Enzo Zenz Allie, tapi saya kenal Clovis. Mereka sama-sama berdarah campuran Indonesia (Ibu) dan Prancis (Bapak). Saya mengenal baik ibu dan bapak Clovis, Pak Rene dan Ibu Julie, yang saya kenal saat saya sebagai ketua Panja UU Imigrasi UU No.6/2011," tulis Fahri Hamzah.
Menurut keterangan Fahri Hamzah, karena Indonesia tidak menerapkan kebijakan kewarganegaraan ganda, maka penduduk berusia 18 tahun yang salah satu orang tuanya WNA diberi pilihan antara menjadi WNI atau WNA, sesuai dengan UU yang telah disahkan.
"Enzo Zenz Allie dan Clovis telah memilih menjadi WNI. Sesuatu yang hebat," ungkap Fahri Hamzah.
Baca Juga: Enzo Tetap Jadi Taruna Akmil, Guru dan Siswa SMA Al Bayan Sujud Syukur
Pasalnya, kata Fahri Hamzah, menjadi warga negara Prancis lebih menggiurkan dengan banyaknya kemudahan dan jaminan.
"Satu yang pasti, passport Anda akan menjadi passport yang mendapat kemudahan visa ke seluruh dunia. Juga mendapat "baik sangka" sebagai warga dunia kelas satu," jelasnya.
Namun, Enza, sama seperti Clovis, justru menentukan pilihan pada WNI.
"Taqdir mengantarkan mereka menjadi anak dari pernikahan campuran warga negara. Bahkan juga berbeda agama, Clovis beragama Katolik dan Enzo Zenz Allie nampaknya beragama Islam. Enzo berpendidikan dasar di Prancis dan Clovis berpendidikan lanjutan di sana. Keduanya WNA," lanjutnya.
Meski begitu, berbeda nasib dari Clovis, yang dipersiapkan sebagai penerus usaha keluarga, pemilik pabrik di Jogja, Enzo menjadi anak yatim setelah sang ayah, Francois Allie, meninggal.
Ia lantas hanya tinggal bersama ibunya, Siti Hajar, asal Sumatra Utara, dan dititipkan ke pesantren.
"Jadilah Enzo Zenz Allie anak pesantren alias santri yang belajar agama Islam. Dan suatu hari, mungkin ia pergi dengan para sahabatnya membawa bendera bertulis kalimat Tauhid, padahal ia bercita-cita menjadi tentara #INDONESIA," tutup Fahri hamzah.
Enzo diisukan terpapar radikalisme setelah beredar fotonya membawa bendera tauhid, yang identik dengan organisasi terlarang di Indonesia, Hizbut Thahrir Indonesia (HTI).
Namun, Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen Sisriadi dengan tegas membantah isu yang mencatut taruna Akmil keturunan Prancis itu.
Musababnya, setiap taruna Akmil yang hendak mendaftar harus melaui serangkaian seleksi. Salah satunya seleksi mental ideologi.
"Tidak. Kami kan ada sistem seleksi yang berbeda dengan seleksi orang mau kerja shift siang shift malam. Ini untuk megang senjata dia. Jadi sudah selektif," ujar Sisriadi saat dikonfirmasi, Rabu (7/8/2019).
Lalu pada Selasa (13/8/2019), TNI AD menyatakan tetap mempertahankan Enzo sebagai taruna Akmil, setelah yang bersangkutan menjalani tes lanjutan dan memperoleh hasil indeks moderasi bernegara sebesar 84 persen.