Suara.com - Mereka meyakini bahwa manusia tidak semestinya memiliki anak. Siapakah kelompok antinatalis ini dan seberapa jauh mereka merealisasikan ide-idenya?
"Apakah akan lebih baik jika kita meledakkan sebuah lubang di sisi bumi dan telah menyelesaikan segalanya?"
Thomas, 29, tinggal di sisi timur Inggris. Kendati idenya untuk meledakkan bumi hanya sekadar wacana belaka, dia malah berpikir satu hal: manusia tidak semestinya memiliki bayi, dan spesies kita berangsur punah.
Seperti dikutip dari BBC.com, Kamis (15/8/2019), filosofi ini disebut antinatalisme. Idenya muncul ketika zaman Yunani Kuno. Namun, ide ini mendadak heboh dan menyebar di media sosial.
Di Facebook dan forum Reddit, misalnya, banyak kelompok antinatalis. Beberapa di antaranya memiliki anggota dengan jumlah ribuan. Di Reddit, grup r/natalism memiliki anggota mendekati 35 ribu orang. Sementara, satu dari lusinan grup Facebook dengan doktrin antinatalisme memiliki lebih dari 6.000 anggota.
Mereka menyebar ke berbagai belahan dunia. Mereka memiliki beragam alasan atas keyakinan tersebut. Di antara alasan itu, yakni khawatir soal warisan genetik, enggan melihat anak-anak menderita, konsep persetujuan, hingga takut dengan ledakan populasi dan lingkungan.
Dari semua alasan itu, mereka bersatu untuk 1 hal: menghentikan prokreasi atau reproduksi manusia. Gerakan mereka memang senyap. Tapi beberapa pandangan kaum antinatalis, terutama terkait kondisi bumi, kini tengah merambat ke ruang diskusi utama.
Kendati bukan antinatalis, Duke of Sussex belum lama ini mengatakan, dia dan istrinya berencana hanya memiliki maksimal 2 anak. Alasannya: masalah lingkungan.
Percakapan filosofis
Thomas sebelumnya tidak pernah mendengar tentang aliran antinatalisme. Hingga kemudian, dia menemukan sebuah komentar di Youtube yang mendeskripsikan pandangannya tersebut, beberapa tahun silam.
Sejak saat itu, Thomas menjadi anggota aktif di sebuah grup antinatalis di Facebook. Grup ini memberikan stimulasi intelektual untuk Thomas. Grup itu juga menjadi tempat bagi Thomas untuk menguji kemampuan debatnya.
"Saya pikir ini mengagumkan, Anda mendiskusikan masalah kehidupan sebenarnya," kata Thomas. "Anda mendapatkan ide. Bisa dikatakan, manusia pasti akan punah. Nah, bagaimana jika manusia berevolusi kembali? Maka, Anda tidak akan benar-benar menyelesaikan masalah tersebut."
"Banyak sekali diskusi (di grup tersebut). Beberapa di antaranya sangat menyentuh bagi saya."
Tapi, hasrat Thomas terkait antinatalism bukan cuma teori belaka. Thomas meyakini semua kehidupan manusia tanpa tujuan. Mereka telah mencoba, meski tidak berhasil, untuk melakukan vasektomi pada Layanan Kesehatan Nasional Inggris. Dokter NHS bisa menolak melakukan operasi sterilisasi jika mereka percaya prosedur ini bukan untuk kepentingan terbaik pasien.
Tanpa kekerasan
Meski pandangan dari kaum antinatalis cenderung radikal, mereka tidak terindikasi menimbulkan ancaman kekerasan. Ketika bicara soal kepunahan, mereka bakal mendebat dengan keras. Tapi tidak ada di antara mereka yang melakukan ancaman pembunuhan maupun kekerasan.
Terkait gagasan Thomas untuk meledakan sebuah lubang di sisi bumi, dia membayangkan sebuah tombol merah raksasa yang bisa mengakhiri kehidupan manusia.
Hal ini sesungguhnya sangat kontroversial. Sebab, kunci dari prinsip antinatalis adalah persetujuan atau izin. Sederhananya, gagasan untuk menciptakan atau menghancurkan kehidupan itu membutuhkan persetujuan dari orang yang bakal dilahirkan atau mati.
Kirk tinggal di San Antonio, Texas, Amerika Serikat. Dia mengenang percakapan dengan ibunya ketika berusia 4 tahun. Sang ibu mengatakan kepadanya bahwa memiliki anak merupakan sebuah pilihan.
"Ini tidak masuk akal bagi saya, untuk secara sukarela menempatkan seseorang yang tidak memiliki kebutuhan atau keinginan sebelum konsepsi mereka ke dunia ini menderita atau mati," ujarnya.
Bahkan di usianya yang terbilang muda, Kirk sudah menjadi seorang antinatalis. Dia menentang adanya penciptaan kehidupan manusia. Sebab, menurut dia, tidak ada yang secara eksplisit bertanya apakah kita ingin benar-benar dilahirkan dan di dunia.
"Jika setiap insan diberikan persetujuan untuk memainkan lakonnya dalam kehidupan, saya pribadi tidak keberatan dengan hal tersebut," ujar Kirk mengakui. "Ini masalahnya cuma pada persetujuan atau ketidaksetujuan."
Konsep ini juga bekerja secara vice versa. Masalah dari tombol untuk menghapus kehidupan manusia itu adalah banyak orang yang menikmati hidup. Tidak semua dari mereka setuju kehidupan untuk berakhir. Sebagai gantinya, Kirk dan kebanyakan kaum antinatalis ingin agar orang sukarela untuk setop melahirkan dan tidak memiliki bayi.
Masalah kesehatan mental
Ada tema berbeda lain yang umum dalam kelompok antinatalis. Anggota mereka curhat membagikan pengalaman tentang kesehatan mental mereka sendiri dan terkadang pula mengutuk orang yang memiliki kesehatan mental karena memiliki anak.
Salah satu unggahan menampilkan hasil bidik layar sebuah postingan dari pengguna akun lain. Tulisannya: "Saya memiliki gangguan kepribadian, selain bipolar dan kecemasan." Kemudian, antinatalis yang membagikan postingan itu berkomentar: "Orang ini memiliki dua anak. Saya merasa kasihan dengan anak-anaknya."
Di kelompok lain, ada pula warganet yang berkomentar dan mengutarakan dengan jelas keinginannya untuk bunuh diri.
"Saya pernah memiliki skizofrenia dan depresi," Thomas menjelaskan. "Depresi seperti turun temurun di keluarga saya. Saya rasa jika saya memiliki anak, kemungkinan mereka juga akan mengalami depresi. Mereka tidak akan suka dengan kehidupan mereka."
Namun, Thomas pun mengatakan bahwa komunitas itu terkadang dicap buruk dan tidak baik oleh publik di luar kelompok antinatalis.
"Orang-orang mulai melabelkan kita sakit jiwa dan psikopat," ujar Thomas. Tapi, imbuh Thomas, kenyataannya jauh lebih kompleks.
Menyelamatkan bumi?
Ada yang menguatkan argumen para antinatalis tersebut di beberapa tahun terakhir, yakni meningkatnya fokus pada lingkungan dan potensi kerusakan sebagai dampak dari perubahan iklim.
Jika melihat dari unggahan-unggahan di grup antinatalis, jelas ada tumpang tindih antara gagasan mereka dan para aktivis lingkungan.
"Saya merasa egois jika kita memiliki anak saat ini," ujar Nancy, seorang vegan, aktivis antiproduk plastik, hak binatang dan instruktur yoga dari Filipina. "Realitanya anak-anak yang dilahirkan ke dunia akan menimbulkan lebih banyak kerusakan kepada lingkungan."
Dalam sebuah grup Facebook bernama 'Very Angry Antinatalis', sebuah petisi dibagikan dengan harapan bisa sampai ke Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Judul petisi itu: 'Akar overpopulasi dari kalabut iklim, hentikan kelahiran di seluruh dunia sekarang juga'. Hingga kiwari, petisi ini sudah menghimpun 27 ribu tanda tangan.
Gagasan menahan diri untuk memiliki anak demi keberlangsungan lingkungan ternyata bukanlah hal awam. Di Inggris, sebuah badan amal bernama Population Matters telah mengusulkan hal ini selama bertahun-tahun, meski mereka bukan antinatalis. Bahkan, mereka berdebat terkait keberlanjutan umat manusia ketimbangan kepunahannya.
"Tujuan kami adalah untuk mencapai keharmonisan antara umat manusia dan planet yang kami huni," kata Robin Maynard, direktur kelompok itu. "Jika kita memiliki lebih sedikit anak di seluruh dunia dan keluarga kecil, kita dapat mencapai populasi yang jauh lebih berkelanjutan."
Tetapi apakah populasi yang meningkat akan mengarah langsung ke bencana lingkungan? Menurut Koresponden Populasi Global BBC, Stephanie Hegarty, hal itu sulit dikatakan, karena masa depan begitu sulit diprediksi.
"Berdasarkan proyeksi ilmiah, karena perkembangan ekonomi dan menurunnya tingkat kesuburan, populasi dunia kemungkinan besar akan mencapai sekitar 11 miliar dalam 80 tahun," ujarnya. "Apakah planet ini bisa menopang populasi sebanyak itu atau tidak? kita tidak tahu."
"Pun sangat sulit untuk memprediksi berapa banyak orang di planet ini yang bisa bertahan karena ini semata tentang konsumsi. Itu berarti segalanya dari udara, air, makanan, bahan bakar fosil, kayu, plastik. Daftarnya terus bertambah," katanya.
"Jelas beberapa dari kita mengonsumsi lebih banyak daripada yang lain. Sebuah keluarga yang terdiri dari 12 orang di negara seperti Burundi akan mengonsumsi lebih sedikit, rata-rata, dari keluarga dengan tiga orang di Texas."
"Ada begitu banyak faktor yang bakal berubah selama dekade berikutnya dan abad berikutnya. Ini yang tidak bisa kita prediksi dari sekarang."
Hinaan dan kritik
Di antara perdebatan filosofis dan etis yang terjadi di grup antinatalis, ada arus bawah yang lebih gelap. Beberapa orang tua secara rutin menghina - menyebut mereka "peternak". Cercaan lainnya ditujukan pada anak-anak.
"Setiap kali saya melihat wanita hamil, perasaan pertama adalah rasa jijik," tulis salah seorang antinatalis di sebelah gambar yang mengatakan: "Aku benci baby bump (perut yang hamil besar--RED)."
Tapi jangan salah sangka. Hal itu bukan berarti semua antinatalis membenci anak, demikian menurut mereka yang berbicara kepada BBC.
"Saya akan mengatakan secara pribadi bahwa saya menyukai anak. Dan karena saya menyukai mereka, saya tidak ingin mereka menderita," kata Nancy. "Mungkin membawa mereka ke dunia bakal memberikan saya kesenangan, tapi kemungkinan ancamannya begitu besar. Saya hanya tidak yakin itu sepadan."
Namun, itu bukan satu-satunya kritik. Di beberapa grup antinatalis, warganet menyinggung gagasan bahwa anak-anak tidak sepatutnya dilahirkan di wilayah konflik, jika ada kemungkinan cacat yang tinggi bahkan untuk orangtua dengan penghasilan rendah. Terkadang, retorika itu terdengar seperti kelahiran yang selektif alias eugenika.
Beberapa antinatalis yang diajak bicara memiliki perasaan yang campur aduk terhadap gagasan tersebut.
"Apa motivasi mereka di balik memiliki seorang anak?" ujar Thomas ketika ditanya kekhawatiran terkait anak yang dilahirkan di wilayah perang atau konflik. "Di negara seperti itu, hanya ada sedikit harapan bahwa kehidupan akan membaik."
Dia lebih cair ketika berbicara tentang anak-anak yang dilahirkan dalam keluarga berpenghasilan rendah.
"Jelas saya menentang memiliki anak. Tapi saya pikir Anda bisa berbahagia di tempat dengan penghasilan rendah," terang Thomas.
Sementara, Nancy mengatakan, "gagasan antinatalisme saya ada di mana-mana." Dia mengaku menentang eugenika. "Mengapa kita memilih dan memilih beberapa kelompok hanya karena mereka berada dalam posisi yang tidak menguntungkan?"
Jadi adakah filosofi antinatalisme yang umum?
Kirk pun menjawab, "lakukan yang terbaik yang kamus bisa. Bersikap baik hati dan jangan bereproduksi."
Artikel di atas dilansir dari blog wartawan BBC, Jonathan Griffin.