"Jelas beberapa dari kita mengonsumsi lebih banyak daripada yang lain. Sebuah keluarga yang terdiri dari 12 orang di negara seperti Burundi akan mengonsumsi lebih sedikit, rata-rata, dari keluarga dengan tiga orang di Texas."
"Ada begitu banyak faktor yang bakal berubah selama dekade berikutnya dan abad berikutnya. Ini yang tidak bisa kita prediksi dari sekarang."
Hinaan dan kritik
Di antara perdebatan filosofis dan etis yang terjadi di grup antinatalis, ada arus bawah yang lebih gelap. Beberapa orang tua secara rutin menghina - menyebut mereka "peternak". Cercaan lainnya ditujukan pada anak-anak.
"Setiap kali saya melihat wanita hamil, perasaan pertama adalah rasa jijik," tulis salah seorang antinatalis di sebelah gambar yang mengatakan: "Aku benci baby bump (perut yang hamil besar--RED)."
Tapi jangan salah sangka. Hal itu bukan berarti semua antinatalis membenci anak, demikian menurut mereka yang berbicara kepada BBC.
"Saya akan mengatakan secara pribadi bahwa saya menyukai anak. Dan karena saya menyukai mereka, saya tidak ingin mereka menderita," kata Nancy. "Mungkin membawa mereka ke dunia bakal memberikan saya kesenangan, tapi kemungkinan ancamannya begitu besar. Saya hanya tidak yakin itu sepadan."
Namun, itu bukan satu-satunya kritik. Di beberapa grup antinatalis, warganet menyinggung gagasan bahwa anak-anak tidak sepatutnya dilahirkan di wilayah konflik, jika ada kemungkinan cacat yang tinggi bahkan untuk orangtua dengan penghasilan rendah. Terkadang, retorika itu terdengar seperti kelahiran yang selektif alias eugenika.
Beberapa antinatalis yang diajak bicara memiliki perasaan yang campur aduk terhadap gagasan tersebut.
"Apa motivasi mereka di balik memiliki seorang anak?" ujar Thomas ketika ditanya kekhawatiran terkait anak yang dilahirkan di wilayah perang atau konflik. "Di negara seperti itu, hanya ada sedikit harapan bahwa kehidupan akan membaik."