Bahkan di usianya yang terbilang muda, Kirk sudah menjadi seorang antinatalis. Dia menentang adanya penciptaan kehidupan manusia. Sebab, menurut dia, tidak ada yang secara eksplisit bertanya apakah kita ingin benar-benar dilahirkan dan di dunia.
"Jika setiap insan diberikan persetujuan untuk memainkan lakonnya dalam kehidupan, saya pribadi tidak keberatan dengan hal tersebut," ujar Kirk mengakui. "Ini masalahnya cuma pada persetujuan atau ketidaksetujuan."
Konsep ini juga bekerja secara vice versa. Masalah dari tombol untuk menghapus kehidupan manusia itu adalah banyak orang yang menikmati hidup. Tidak semua dari mereka setuju kehidupan untuk berakhir. Sebagai gantinya, Kirk dan kebanyakan kaum antinatalis ingin agar orang sukarela untuk setop melahirkan dan tidak memiliki bayi.
Masalah kesehatan mental
Ada tema berbeda lain yang umum dalam kelompok antinatalis. Anggota mereka curhat membagikan pengalaman tentang kesehatan mental mereka sendiri dan terkadang pula mengutuk orang yang memiliki kesehatan mental karena memiliki anak.
Salah satu unggahan menampilkan hasil bidik layar sebuah postingan dari pengguna akun lain. Tulisannya: "Saya memiliki gangguan kepribadian, selain bipolar dan kecemasan." Kemudian, antinatalis yang membagikan postingan itu berkomentar: "Orang ini memiliki dua anak. Saya merasa kasihan dengan anak-anaknya."
Di kelompok lain, ada pula warganet yang berkomentar dan mengutarakan dengan jelas keinginannya untuk bunuh diri.
"Saya pernah memiliki skizofrenia dan depresi," Thomas menjelaskan. "Depresi seperti turun temurun di keluarga saya. Saya rasa jika saya memiliki anak, kemungkinan mereka juga akan mengalami depresi. Mereka tidak akan suka dengan kehidupan mereka."
Namun, Thomas pun mengatakan bahwa komunitas itu terkadang dicap buruk dan tidak baik oleh publik di luar kelompok antinatalis.
"Orang-orang mulai melabelkan kita sakit jiwa dan psikopat," ujar Thomas. Tapi, imbuh Thomas, kenyataannya jauh lebih kompleks.