Geliat Kaum Antinatalis, Mereka yang Melarangmu Memiliki Anak

Kamis, 15 Agustus 2019 | 13:31 WIB
Geliat Kaum Antinatalis, Mereka yang Melarangmu Memiliki Anak
Larangan bayi. (Suara.com/Ema Rohimah)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Sejak saat itu, Thomas menjadi anggota aktif di sebuah grup antinatalis di Facebook. Grup ini memberikan stimulasi intelektual untuk Thomas. Grup itu juga menjadi tempat bagi Thomas untuk menguji kemampuan debatnya.

"Saya pikir ini mengagumkan, Anda mendiskusikan masalah kehidupan sebenarnya," kata Thomas. "Anda mendapatkan ide. Bisa dikatakan, manusia pasti akan punah. Nah, bagaimana jika manusia berevolusi kembali? Maka, Anda tidak akan benar-benar menyelesaikan masalah tersebut."

"Banyak sekali diskusi (di grup tersebut). Beberapa di antaranya sangat menyentuh bagi saya."

Tapi, hasrat Thomas terkait antinatalism bukan cuma teori belaka. Thomas meyakini semua kehidupan manusia tanpa tujuan. Mereka telah mencoba, meski tidak berhasil, untuk melakukan vasektomi pada Layanan Kesehatan Nasional Inggris. Dokter NHS bisa menolak melakukan operasi sterilisasi jika mereka percaya prosedur ini bukan untuk kepentingan terbaik pasien.

Tanpa kekerasan

Meski pandangan dari kaum antinatalis cenderung radikal, mereka tidak terindikasi menimbulkan ancaman kekerasan. Ketika bicara soal kepunahan, mereka bakal mendebat dengan keras. Tapi tidak ada di antara mereka yang melakukan ancaman pembunuhan maupun kekerasan.

Terkait gagasan Thomas untuk meledakan sebuah lubang di sisi bumi, dia membayangkan sebuah tombol merah raksasa yang bisa mengakhiri kehidupan manusia.

Hal ini sesungguhnya sangat kontroversial. Sebab, kunci dari prinsip antinatalis adalah persetujuan atau izin. Sederhananya, gagasan untuk menciptakan atau menghancurkan kehidupan itu membutuhkan persetujuan dari orang yang bakal dilahirkan atau mati.

Kirk tinggal di San Antonio, Texas, Amerika Serikat. Dia mengenang percakapan dengan ibunya ketika berusia 4 tahun. Sang ibu mengatakan kepadanya bahwa memiliki anak merupakan sebuah pilihan.

"Ini tidak masuk akal bagi saya, untuk secara sukarela menempatkan seseorang yang tidak memiliki kebutuhan atau keinginan sebelum konsepsi mereka ke dunia ini menderita atau mati," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI