Suara.com - Sebanyak empat kecamatan yang berada di Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah diterjang banjir akibat hujan deras yang turun di wilayah tersebut pada Selasa (13/8/2019).
Akibat banjir tersebut, tiga wilayah permukiman warga di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah terrendam banjir pada Selasa (13/8/2019) sekitar pukul 18.00 WITA dan sempat menghambat arus lalulintas kendaraan yang melintas bari dari arah Kota Palu menuju Kulawi dan sebaliknya.
Dari data yang dihimpun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sigi mengemukakan wilayah yang terdampak banjir ada tiga yakni, Dusun Sadaunta, Desa Namo dan Desa Sapo, Kecamatan Kulawi.
Banjir akibat hujan deras mengguyur wilayah Kulawi Raya yang terdiri atas empat kecamatan yakni Kulawi, Kulawi Selatan, Pipikoro dan Lindu. Pemkab Sigi, katanya, telah menyalurkan berbagai logistik bahan makanan kepada para korban di tiga wilayah terdampak banjir.
Baca Juga: Gunung Bromo Meletus, Desa Ngadas Diterjang Banjir Lumpur
"Tapi dalam bencana alam itu tidak ada korban jiwa," kata seorang pejabat di Kantor BPBD Kabupaten Sigi Gayus Sampe kepada Antara di Palu, Rabu (14/8/2019).
Meski begitu, ia mengatakan belum diketahui secara detail dampak yang ditimbulkan akibat bencana banjir tersebut karena masih sedang diinventarisasi oleh petugas yang ada di lapangan.
Sementara, Kepala BPBD Provinsi Sulteng Bartholomeus Tandigala mengatakan Kabupaten Sigi merupakan daerah yang paling tinggi terjadinya bencana alam banjir dan longsor.
Diakuinya, Sigi memang termasuk daerah yang cukup rawan bencana alam. Selama beberapa bulan terakhir ini, Kabupaten Sigi dilanda bencana banjir. Banjir bandang terbesar terjadi di Kecamatan Dolo Selatan dan Gumbasa yang mengakibatkan ratusan rumah warga rusak berat dan tertimbun material pasir dan limbah kayu serta sempat memutuskan akses jalan provinsi antara Desa Saluki dan Desa Tuva.
Jalan aspal sepanjang ratusan meter di Desa Saluki-Tuva Kecamatan Gumbasa saat banjir bandang tersebut di bawah arus, sehingga harus membuat jalan baru dengan mengikis tebing/gunung dan kebun masyarakat guna menormalkan kembali jalur satu-satunya yang selama ini menghubungkan Kulawi Raya dengan Palu, Ibu Kota Provinsi Sulteng.
Baca Juga: Korban Tewas Banjir Nepal Terus Bertambah, Kini Jadi 78 Orang
Sementara di Palu sendiri, lanjut dia, sudah sebulan terakhir dilanda musim kemarau. Kondisi cuaca di wilayah Sulteng memang berbeda-beda. Contoh di Palu cuaca panas, tetapi di kabupaten-kabupaten justru hujan. (Antara)