"Kita ingin membangun kota yang maju, yang lestari, yang warganya berbudaya, yang warganya terlibat membangun keberadaban, itu jelas. Yang membangun keadilan, kesejahteraan. Itu eksplisit lima tahun yang mau dibangun ke sana," ucap Anies Baswedan.
Maka dari itu, katanya, hasil kerjanya tak melulu berbentuk konkret, melainkan juga ada yang abstrak atau tak berwujud.
"Perilaku, karakter, itu tidak bisa difoto, tapi akan muncul di masyarakat. Karena itu, ketika kita menyusun, sudah jelas visinya," ungkap Anies Baswedan.
"Saya saat ini tidak dalam posisi untuk menjawab kata-kata dengan kata-kata. Tugas saya sekarang adalah menjawab setiap kata-kata dengan karya-karya. Itu tugas saya," imbuhnya, disambung tepuk tangan penonton.
Baca Juga: PNS DKI Upacara HUT RI di Pulau Reklamasi, PSI: Anies Munafik
Politikus 50 tahun itu lantas menguraikan tiga fase pendekatannya dalam menata Jakarta.
"Saya tidak mau hanya kerja, tapi nomor satu ada gagasan. Yang kedua, ada narasi. Baru setelah ada gagasan, ada narasi, baru ada karya. Bahaya betul kalau ada karya, karya, karya, tanpa narasi, tanpa gagasan," jelas Anies Baswedan.
Contoh yang ia berikan yakni kinerja dalam aspek tranportasi. Sebagai gagasan, Anies Baswedan menentukan terlebih dahulu alat tranportasi yang dimiliki oleh hampir setiap orang.
"Mayoritas akan menjawab sepeda motor. Bukan. Alat transportasi yang dimiliki semua orang adalah kaki. Karena itu, yang harus dibangun dibangun pertama adalah untuk kaki (trotoar -red). Ini gagasan," ujar Anies Baswedan.
Untuk itu, ia mengutamakan fasilitas tranportasi bagi pejalan kaki, lalu untuk kendaraan bebas emisi, kendaraan umum, dan yang terakhir kendaraan pribadi.
Baca Juga: Atlet Renang DKI Tak Bisa Pulang dari Hong Kong, Anies: Mereka Sehat