Suara.com - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merampungkan pemeriksaan terhadap penyanyi dangdut Istiningdiah Sugianto atau Iis Sugianto dalam kasus Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) untuk tersangka Presiden Direktur PT. Mugi Rekso Abadi atau PT. MRA, Soetikno Soedarjo.
Iis sebelumnya juga telah dimintai keterangan penyidik KPK, di mana Rumah Iis yang berada di kawasan Pondok Indah diakui telah dibeli oleh mantan Direktur Utama PT. Garuda Indonesia, Emirsyah Sattar pada tahun 2000.
Sattar pun kini telah menjadi tersangka dan ditahan dalam kasus korupsi mesin pesawat dan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).
Iis mengaku masih mendapatkan pertanyaan yang sama seperti pada pemeriksaan yang lalu, terkait mekanisme penjualan rumahnya tersebut.
Baca Juga: Iis Sugianto Ingin Buktikan Diri di Malam Pergantian Tahun 2019
"Nggak ada, hanya merefresh (keterangan) saya saja, karena kan mau sidang, sidang pak Emirsyah Sattar itu," kata Iis di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (13/8/2019).
Ketika kembali ditanya, terkait apakah ada bukti lainnya yang diserahkan ke penyidik dalam penjualan rumahnya tersebut, Iis sudah serahkan apa yang diinginkan penyidik dalam pemeriksaan sebelumnya.
"Nggak ada hanya merefresh aja, karena semua bukti sudah saya berikan semua ke KPK, karena dalam hal ini saya membantu pemerintah untuk memberantas korupsi, itu saja," ujar Iis Sugianto.
Sebelumnya, Wakil Ketua KPK Laode M. Syarief menyebut Emirsyah telah melakukan pencucian uang lewat pembayaran rumah mewah di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Diduga pembelian rumah itu berasal dari uang suap Soetikno sebesar Rp 5, 79 miliar.
Itu untuk pembayaran rumah beralamat di Pondok Indah," ujar Laode.
Baca Juga: KPK Periksa Iis Sugianto Soal Rumah yang Dibeli Emirsyah Satar
Selain itu, kata Laode, penyidik juga menemukan adanya aliran dana ke dalam rekening perusahaan milik Emirsyah di Singapura.
"Itu terima USD 680 ribu dan EUR 1,02 juta yang dikirim ke rekening perusahaan milik ESA di Singapura, dan SGD 1,2 juta untuk pelunasan Apartemen milik ESA di Singapura," ucap Laode.
Diketahui, KPK telah menetapkan Emirsyah sebagai tersangka kasus suap terkait pengadaan pesawat dan mesin pesawat dari Airbus S.A.S dan Rolls-Royce P.L.C pada PT Garuda Indonesia.
Dalam perkara ini, Emirsyah diduga menerima suap 1,2 juta euro dan 180 ribu dolar AS atau senilai total Rp 20 miliar serta dalam bentuk barang senilai 2 juta dolar AS yang tersebar di Singapura dan Indonesia dari perusahaan manufaktur terkemuka asal Inggris, Rolls Royce dalam pembelian 50 mesin pesawat Airbus SAS pada periode 2005-2014 pada PT Garuda Indonesia Tbk.
Pemberian suap itu dilakukan melalui seorang perantara Soetikno Soedarjo selaku "beneficial owner" dari Connaught International Pte. Ltd yang berlokasi di Singapura.
Soektino diketahui merupakan presiden komisaris PT Mugi Rekso Abadi (MRA), satu kelompok perusahaan di bidang media dan gaya hidup.
Rolls Royce sendiri oleh pengadilan di Inggris berdasarkan investigasi Serious Fraud Office (SFO) Inggris sudah dikenai denda sebanyak 671 juta pounsterling (sekitar Rp11 triliun) karena melakukan pratik suap di beberapa negara antara lain Malaysia, Thailand, China, Brazil, Kazakhstan, Azerbaizan, Irak, dan Anggola.
KPK awalnya menerima laporan dari SFO dan Corrupt Practices Investigation Bureau (CPIB) Singapura yang sedang menginvestigasi suap Rolls Royce di beberapa negara, SFO dan CPIB pun mengonfirmasi hal itu ke KPK termasuk memberikan sejumlah alat bukti.
KPK melalui CPIB dan SFO juga sudah membekukan sejumlah rekening dan menyita aset Emirsyah yang berada di luar negeri.