Politikus Demokrat Sindir Megawati, PDIP: Jangan Disamakan dengan Zaman SBY

Senin, 12 Agustus 2019 | 14:09 WIB
Politikus Demokrat Sindir Megawati, PDIP: Jangan Disamakan dengan Zaman SBY
Megawati Soekarnoputri kembali jadi Ketum PDIP periode 2019-2024. (istimewa).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Politikus PDI Perjuangan Eva Sundari menjawab sindiran politikus Partai Demokrat Imelda Sari, terkait permintaan Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri soal jatah menteri yang banyak ke Jokowi.

Imelda sebelumnya membandingkan zaman Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono yang disebut tidak ada keterbukaan dalam meminta jatah menteri semisal yang dilakukan Megawati.

Menurut Eva, antara zaman pemerintahan SBY dengan pemerintagan Presiden Joko Widodo adalah dua hal berbeda dan tidak dapat dibandingkan, terutama dalam persoalan pembagian kursi di kabinet.

"Beda lah, jangan disamain zaman SBY sama zaman sekarang. Zaman sekarang orang yang enggak punya kursi saja minta kok, relawan saja minta kok, zamannya sudah beda. Jadi bukan karena Jokowi-nya tapi lebih pada alam keterbukaan, alam miretokrasi itu sudah membaik," kata Eva kepada Suara.com, Senin (12/8/2019).

Baca Juga: SBY Masih Berkabung, Demokrat Belum Tentukan Sikap Politik

"Jadi bukan wilayah sakral yang hanya diraba-raba dan tidak ada partisipasi publik. Tapi tidak kemudian menghentikan ataupun menggantikan hak yang memang mutlak punyanya Pak Jokowi," Eva menambahkan.

Eva juga menegaskan bahwa apa yang disampaikan Megawati terkait permintaan jatah menteri dalam Kongres V PDI Perjuangan di Bali itu hanya penegasan.

Ia menuturkan, pernyataan Megawati juga mengulang apa yang pernah disampaikan Jokowi soal pembagian menteri berdasarkan proporsionalitas atau suara partai.

"Jadi Bu Mega itu bukan mengada-ada pada saat kongres saja, itu ada dasarnya. Jadi hanya penegasan saja pada saat di kongres tersebut dan saya pikir metode yang demikian fair lah itu namanya kan kontrak prestasi. Jadi siapa yang prestasinya paling bagus ya dapat reward yang paling banyak gitu loh jadi menurut saya wajar," tutur Eva.

Sebelumnya, Ketua Divisi Komunikasi Publik DPP Partai Demokrat Imelda Sari mengatakan, zaman pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tak ada partai yang secara terbuka meminta jatah menteri di kabinet.

Baca Juga: PDIP Siap Undang Prabowo ke Kongres Bali, SBY?

"Ya, kurang etislah. Yang pertama, presiden memiliki hak prerogatif," katanya, di Jakarta, Sabtu (10/8/2019), menanggapi kelakar yang disampaikan Megawati Soekarnoputri soal jatah menteri pada Kongres V PDI Perjuangan.

Hal itu diungkapkannya saat diskusi Perspektif Indonesia bertema "Membaca Arah Tusukan Pidato Mega" yang diselenggarakan Populi Center dan Smart FM Network.

Meski diakui Imelda kongres sejatinya merupakan forum internal yang berkaitan dengan konsolidasi partai, permintaan Megawati soal jatah menteri tak perlu dipublikasikan.

Menurut dia, sebenarnya Presiden Joko Widodo pun sudah mengerti dan sudah pasti memberikan porsi terbanyak menteri untuk PDIP sebagai partai pengusung dan pemenang pemilu.

Pengalaman ketika SBY menjadi presiden, kata dia, baik periode 2004-2009 maupun 2009-2014, tidak ada partai yang secara terbuka meminta jatah menteri.

”Saya kira jelas di masa Pak SBY tidak melihat yang seperti itu. Jadi, agak terkejut juga diminta secara terbuka oleh Bu Mega," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI