Belajar Bahasa Isyarat Autodidak, Farid Azis Ingin Tunarungu Paham Agama

Minggu, 11 Agustus 2019 | 15:37 WIB
Belajar Bahasa Isyarat Autodidak, Farid Azis Ingin Tunarungu Paham Agama
Farid Azis mengatakan sudah delapan tahun lalu menjadi penterjemah bahasa isyarat di Majelis Talim Tuli Indonesia (MTTI). (Suara.com/Novian)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Farid Azis mengatakan sudah delapan tahun lalu menjadi penterjemah bahasa isyarat di Majelis Talim Tuli Indonesia (MTTI). Kini lambat laun, ia mulai menikmati membantu penyandang disabilitas khususnya tunarungu dalam bidang agama.

Farid merupakan penterjemah bahasa isyarat yang kerap menterjemahkan kajian atau ceramah kepada jamaah tunarungu. Itu pula yang ia lakukan saat khotbah pada salat Idul Adha 1440 Hijriah di Majsid Istiqlal yang dibacakan oleh Ustaz Yusuf Mansur.

Meski terbiasa menterjemagkan ceramah di MTTI, namun untuk menterjemahkan khotbah dalam salat Idul Adha di Masjid Istiqlal baru pertama dilakukan Farid. Diketahui, ada sekitar 1.000 penyandang disabilitas yang diundang mengikuti salat Idul Adha sekaligus mendengarkan khotbah pada Minggu (11/8/2019) pagi.

Untuk penyandang tunarungunya saja, kata Farid, ada sekitar 100 orang yang teridri dari laki-laki dan perempuan.

Baca Juga: Viral! Kisah Bertemu Ojol Tunarungu Ini Bikin Baper Warganet

"Mereka sudah memperjuangkan puluhan tahun kalau dari cerita mereka dari GERKATIN (Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia) sendiri tapi belum ada respon," ujar Farid ditemui Suara.com di Masjid Istiqlal.

"Mereka sudah minta dari dulu di Masjid disediakan akses buat tunarungu terjemahan bahasa isyarat, minimal running text ketika khotbah tapi itu belum ada respon dsri dulu, sekarang ini alhamdulillah," Farid menambahkan.

Farid menuturkan, selaku juru bahasa isyarat ia dan kawan-kawannya membantu mereka secara individu saja dan sukarela.

Panitia Hari Raya Idul Adha Masjid Istiqlal mengundang 1.000 penyandang disabilitas. (Suara.com/Novian)
Panitia Hari Raya Idul Adha Masjid Istiqlal mengundang 1.000 penyandang disabilitas. (Suara.com/Novian)

Farid mengungkapkan, awal mula sebelum terjun menjadi penterjemah bahasa isyarat delapan tahun lalu, dirinya juga tidak mengetahui. Namun berkat keinginannya, ia kemudian belajar bahasa isyarat secara autodidak.

"Kegiatan kami di Masjid dakwah keliling mulai sekitar 8 tahun lalu. Kita mulai terjun di kalangan mereka karena mereka juga minta tolong dong terjemahkan gitu kan saya pengen tahu Al Quran pengen tahu ini akhirnya saya belajar bahasa isyarat otodidak," ujar Farid.

Baca Juga: Salut, Ojol Tunarungu Ini Temukan Cara Komunikasi Efektif dengan Pelanggan

Farid yang secara khusus menterjemahkan ceramah dan kajian agama Islam mengaku ada satu kesulitan yang kerap ia temukan. Kesulitan tersebut, dijelaskan Farid ialah saat menterjemahkan ayat suci Al Quran yang dibacakan khotib atau penceramah.

Namun kendala itu bisa ditangani dengan menterjemahakan arti dari ayat suci Al Quran ke dalam bahasa isyarat.

"Kami secara komunitas sudah ada gerakan (terjemah arti ayat Al Quran) itu tapi mungkin belum diterima secara nasional. Kalau komunitas kami sudah biasa," ucapnya.

Selain itu, ada kesulitan lainnya yang dirasakan oleh Farid yakni masalah tidak adanya bahasa baku dalam menterjemahkan ke dalam bajasa isyarat dan perbedaan bahasa yang berebda di tiap daerah.

"Kesulitannya itu sebenernya tidak ada bahasa yang baku nasional jadi kita kadang-kadang ubah bahasa tergantung pemahaman dia. Kita ke daerah lain nih apalagi di luar Pulau Jawa bahasa sudah sedikit berbeda, nah ini tantangan yang pertama belum ada keseragaman bahasa yang baku. Kedua istilah isyarat dalam islam apalagi tambah belum adalagi yang baku," kata dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI