Setelah Mbah Moen memimpin doa, kemudian ditanyai selama ibadah haji amalan-amalan apa saja yang harus dilakukan.
"Beliau menjawab, 'amalan opo wae ga masalah, sing penting atine seneng'. Sebaik baik amalan, kalau dilakukan tidak senang, menjadi sia-sia," ujarnya, menirukan wejangan Mbah Moen.
Artinya, kata Inaya, kebesaran Mbah Moen merupakan akumulasi dari hal-hal kecil, kesederhanaan, dan kerendahhatian yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara itu, Gus Aang menilai Mbah Moen sebagai sosok ulama sepuh yang sangat asyik ngobrol dengan anak-anak muda yang usianya jauh di bawahnya.
Baca Juga: Anak Gus Dur: Saat Lebaran Ada Habib Bilang Usia Mbah Moen Tidak Lama Lagi
"Gengsi, harga diri, sudah jauh ditinggalkan beliau sehingga mampu ngobrol dengan generasi jauh di bawahnya, enjoy, sederhana," katanya.
Sepeninggal Mbah Moen, Gus Aang mengingatkan generasi milenial untuk meneladani pandangan, sikap, dan ajaran Mbah Moen yang dipraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.
"Bagi generasi milenial jangan khawatir, nanti pasti bisa ketemu dengan (sosok) Mbah Moen-Mbah Moen yang baru," katanya.