Soal Ijtimak Ulama IV, Muannas Singgung Islam Gincu dan Garam Bung Hatta

Selasa, 06 Agustus 2019 | 11:45 WIB
Soal Ijtimak Ulama IV, Muannas Singgung Islam Gincu dan Garam Bung Hatta
Muannas Alaidid (kanan) mendampingi Guntur Romli saksi yang diajukannya dalam kasus ujaran kebencian yang dilakukan Jonru Ginting di Polda Metro Jaya, Rabu (6/9/2017). [Suara.com/Agung Sandy Lesmana]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Advokat Muannas Alaidid menilai ada yang salah dengan gelaran Ijtimak Ulama IV yang digelar di Hotel Lorin, Sentul, Bogor, Senin (5/8/2019) karena ingin mewujudkan NKRI bersyariah berdasarkan Pancasila.

Muannas lalu membandingkan situasi tersebut dengan para ulama pendiri bangsa di masa lalu yang lebih siap menerima perbedaan di Indonesia.

"Ulama dulu hingga pendiri bangsa kita di masa lalu nampaknya lebih siap mentalnya terima perbedaan makanya lahir pancasila tanpa embel-embel," cuit Muannas melalui akun twitternya, @muannas_alaidid, Selasa (6/8/2019).

Menurutnya, ada yang salah dengan rekomendasi yang dihasilkan para ulama kepada umat di Ijtimak Ulama IV tersebut.

Baca Juga: Ada Eks Jubir HTI di Ijtimak Ulama IV, PSI: Perkuat FPI Dukung Khilafah

"Semua kalau ditanya soal pluralisme, pluralitas sepakat itu sunatullah, jadi kalau bikin konsep demi satu golongan saja ada yang salah dengan cara berpikirnya," katanya.

Lebih lanjut, dia mengutip filosofi Islam garam dan Islam gincu milik wakil presiden pertama RI Mohammad Hatta alias Bung Hatta.

"Cobalah masukkan setetes gincu (ke air putih) dan aduk, warnanya jelas berubah, namun rasanya tidak berubah. Tetapi, coba masukkan setengah sendok garam dan kemudian aduk, warnanya tidak akan berubah namun rasanya berubah. Pakailah filsafat garam, tak tampak tapi terasa. Janganlah pakai filsafat gincu, tampak tapi tak terasa. Kelihatannya (warna gincu) terlihat Islam beneran, tapi rasanya belum
tentu Islam. Marinya Hatta walaupun kamu gak seperti itu sebarkan/tanamkan Islam, jadi rasanya Islam. Pancasila itu gak
terlihat Islam tapi maknanya Islami, itulah Islam garam," tutupnya.

Diketahui, filosofi tersebut muncul saat terjadi penolakan terhadap pemikiran Bung Hatta yang dilakukan oleh kelompok muda Muslim. Mereka menganggap Hatta semakin sekuler karena melakukan pembiaran terhadap Islam dan tidak ada ikhtiar serius untuk memformalisasikan ajaran Islam.

Kaum muda Muslim tersebut membandingkan pemikiran Hatta dengan Muhammad Natsir. Yang disebut terakhir berupaya keras mempromosikan Islam sebagai basis negara.

Baca Juga: Ferdinand Ungkap Agenda Ijtimak Ulama yang Bikin Prabowo Kalah Pilpres

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI