Gubernur Jabar Pimpin Koordinasi Penanganan Tumpahan Minyak di Karawang

Sabtu, 03 Agustus 2019 | 11:17 WIB
Gubernur Jabar Pimpin Koordinasi Penanganan Tumpahan Minyak di Karawang
Ridwan Kamil, dalam pembahasan penanganan tumpahan minyak di Karawang, di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Jumat (2/8/2019). (Dok : Pemprov Jabar)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil berkoordinasi dengan Bupati Karawang, Celicca Nurachadiana, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bekasi, dan Direktur PT Pertamina, EP Nanang Abdul Manaf, terkait tumpahan minyak (oil spill)  Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ). 

"Kita berkumpul, membahas terkait force majeure, kejadian luar biasa, yaitu pada 16 Juli 2019, terjadi tumpahan minyak karena masalah teknis yang luar biasa," kata RK, sapaan Ridwan Kamil, di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Jumat (2/8/2019).

Ia mengatakan, penanganan tumpahan minyak di wilayah Karawang itu melalui dua tahap. Pertama,  masa tanggap darurat, yaitu pembenahan minyak yang tumpah dan penanganan kepada warga terdampak.

Tahap tersebut, kata RK, memerlukan waktu sekira dua bulan setengah. Selain itu, Pertamina telah memanggil perusahaan global, yang ahli menangani tumpahan minyak.

Baca Juga: Ridwan Kamil Serahkan NPHD Bidang Keagamaan Tahun 2019

Kemudian, tahap recovery, yakni  pembenahan lingkungan secara struktur, infrastruktur, kultur,  dan lingkungan sosial masyarakat sekitar.  Menurut RK, tahap ini diperkirakan memakan waktu dua sampai enam bulan. 

"Yang di-recovery adalah ekonomi warga, kemudian dampak sosial, dampak psikologi juga akan kita perhatikan, juga dampak lingkungan," ucapnya.

Selain itu, RK menyebut Pertamina telah menempatkan sekitar 58 tim ahli. Mereka berjaga di lokasi kejadian selama 24 jam. Selain itu, ada 40 TNI dan 56 relawan turun tangan menangani tumpahan minyak. 

RK juga mengatakan, minyak bersifat waxy seperti lilin dan dapat dikumpulkan ke dalam karung. Saat ini, sudah terkumpul sekitar 390 ribu karung minyak. 

"Musibah ini ditangani dengan sangat terkoordinasi oleh Pertamina, Provinsi Jawa Barat, dan kota serta kabupaten terkait," katanya.

Baca Juga: Terjerat Suap Meikarta, KPK Dukung Ridwan Kamil Segera Copot Sekda Jabar

Selain itu, kata RK, sudah ada satuan tugas (satgas) untuk memastikan masalah tumpahan minyak dapat diselesaikan.  Satgas pun akan siaga di lokasi kejadian.

"Termasuk tim kesehatan, yang selalu sedia memeriksa kesehatan warga," ucapnya.

Sementara itu, Nanang mengatakan, pihaknya serius menangani dampak tumpaham minyak . Salah satunya dengan mengerahkan Octopus Skimmer, untuk mengisap tumpahan minyak.

"Sifat lilin lebih mudah ditangani. Gumpalan-gumpalan bisa dengan jaring dan diangkat," katanya.

Menurutnya,  tumpahan minyak terjadi karena kebocoran gas yang menimbulkan gelembung udara di sumur YYA-1 Blok Offshore North West Jawa (ONWJ).

Nanang menyatakan, ada indikasi anomali tekanan pengeboran sumur YYA-1, sehingga menyebabkan munculnya gelembung gas diikuti tumpahan minyak. Kebocoran gas tersebut berdampak pada pergeseran pondasi YY.

"Sebenarnya kan, semua sudah ada SOP. Cuma kadang- kadang, yang namanya bawah tanah, ada yang kita tidak bisa kontrol. Artinya, sepanjang kita ikut SOP ada kejadian itu termasuk force majeure, sesuatu yang tidak diinginkan," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI