Terungkap Pesan Gus Dur saat Politisi PKB Dipukuli Oknum FPI

Kamis, 01 Agustus 2019 | 15:45 WIB
Terungkap Pesan Gus Dur saat Politisi PKB Dipukuli Oknum FPI
Wasekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Maman Imanulhaq. (Suara.com/Yosea Arga Pramudita)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Maman Imanulhaq menceritakan pengalamannya yang pernah menjadi korban pemukulan oleh oknum FPI.

Hal itu diungkap secara blak-blakan dalam Acara Mata Najwa yang ditayangkan channel YouTube Najwa Shihab pada Kamis (1/8/2019).

Maman Imanulhaq menceritakan insiden tersebut terjadi saat peringatan Hari Pancasila pada 1 Juni 2018.

Ia dan kelompoknya yang meyakini ideologi Pancasila, bertemu dengan anggota Front Pembela Islam.

Baca Juga: Soal Tuduhan FPI Anti Pancasila, Awit Mashuri: Kita NKRI Banget!

"Tahun 2008 ketika kami memperingati 1 Juni, Hari Pancasila dan kami menyakini bahwa Pancasila adalah ideologi bangsa yang harus dipahami dalam konteks NU adalah Kalimatun Sawa, sebuah prinsip yang menyamakan kita sebagai warga negara," ungkap Maman Imanulhaq.

Namun tiba-tiba ia didatangi pria berjubah berlabel FPI. Pria itu kemudian melakukan penganiayaan sampai membuat Maman Imanulhaq mendapat luka jahitan.

"Ketika itu tiba-tiba ada yang memakai label jubah-jubah dan pemukul, saya 14 jahitan di kepala dan empat di sini (sambil menunjuk dagu)," imbuh Maman Imanulhaq.

Insiden pemukulan tersebut sampai ke telinga Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang saat itu menjabat sebagai presiden. Gus Dur mengecam tindakan tersebut dan tak ingin peristiwa itu terjadi lagi.

"Ketika itu Gus Dur menengok saya. Dan Gus Dur mengatakan, tidak boleh ada lagi darah yang terkucur oleh pembela kebhinekaan," papar Maman Imanulhaq.

Baca Juga: Izin FPI Masih Digantung, Kemendagri: Kalau Mudarat, Kami Tak Biarkan Hidup

Maman Imanulhaq kemudian menyayangkan rekam jejak FPI yang akhir-akhir ini cenderung anarkistis.

"Ketika tiba-tiba FPI menjadi laskar. Seolah-olah menjadi polisi syariah melakukan intimidasi, hate speech di panggung-panggung publik, melakukan mimbar-mimbar dakwah menjadi mimbar- mimbar fitnah, mencaci maki aparat negara, mencaci maki termasuk Pancasila," ungkap Maman Imanulhaq.

Meski begitu, Maman Imanulhaq mengaku membutuhkan partisipasi FPI yang ramah dan damai di masyarakat.

"Kita butuh FPI yang membawa dakwah yang ramah, kita butuh FPI yang membantu tsunami, tetapi rekam jejak di publik bagaimana ada razia, seolah-olah menempatkan diri, seolah-olah tidak ada polisi. Itu sebenarnya sangat menarik," pungkas Maman Imanulhaq.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI