Suara.com - Selama ini menjadi misteri, akhirnya sejarah mengapa banyak orang Batak berprofesi sebagai pengacara diungkap oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Informasi terkait hal itu diperoleh saat presiden melakukan kunjungan kerja ke Sumatera Utara. Tepatnya, saat mengunjungi Kampung Huta Siallagan, Ambarita, Samosir, Sumatera Utara.
Lewat jejaring sosial Instagram @jokowi, orang nomor satu di Indonesia membagikan foto sekaligus hikayat tentang profesi orang Batak yang banyak menjadi pengacara.
Dalam foto itu, Jokowi tampak ditemani sang istri Iriana melihat sebuah batu besar yang ada di Kampung Huta Siallagan yang menjadi tonggak peradaban penegakan hukum.
Baca Juga: Kebakaran Hutan Lagi, Jokowi: Saya Telepon BNPB, Panglima TNI dan Kapolri
"Kampung itu masih di area Danau Toba, tepatnya Desa Ambarita, Kabupaten Samosir. Inilah kampung yang konon titik awal sejarah peradaban penegakan hukum di Samosir pada zaman dahulu kala," tulis @jokowi.
Menurut Gading Jansen Siallagan yang merupakan keturunan raja ke-17, dahulu batu yang dikelilingi dengan beberapa kursi itu dijadikan sebagai tempat persidangan semasa zaman kerajaan.
"Keturunan raja ke-17 Siallagan, Gading Jansen Siallagan, mengisahkan di kampungnya masih ada bekas 'batu persidangan' -- berbentuk sebuah meja dengan kursi tersusun melingkar -- tempat sang raja mengadili pelanggar hukum adat," imbuhnya.
Dalam sidang itu biasanya dihadiri korban, penasihat korban, penasihat kerajaan dan sejumlah anggota kerajaan. Penasihat kerajaan itulah yang kemudian disebut sebagai pengacara di zaman sekarang.
Oleh karena itu, biasanya orang Batak yang menjadi pengacara berasal dari Kampung Siallagan.
Baca Juga: Seperti JK, Nasdem: Ma'ruf Amin Pasti Diajak Jokowi Bahas Kabinet
"Nah, kata Gading Jansen, penasihat kerajaan ini kalau di zaman sekarang disebut pengacara. 'Jadi jangan aneh, Bapak, kalau orang Batak banyak jadi pengacara. Kayaknya, mereka itu lulusan Siallagan semua,' katanya," terang @jokowi.