JK: Indonesia Masih Betah Gunakan PLTU karena Ongkos Produksi Murah

Rabu, 31 Juli 2019 | 17:42 WIB
JK: Indonesia Masih Betah Gunakan PLTU karena Ongkos Produksi Murah
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). (Foto dok. Setwapres)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan Indonesia hingga saat ini masih mengandalkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebagai sumber energi listrik, ketimbang menggunakan energi geothermal atau energi panas bumi.

JK mengatakan, hal itu dilakukan lantaran biaya produksi murah sehingga harga jualnya pun rendah. Pemerintah kata JK, saat ini menjual energi listrik sekitar 5,5 sen kWh. Sementara untuk pembangkit jenis lain yakni energi baru berkisar 6-10 sen per kWh.

"Paling murah itu PLTU dan Batubara. Sekarang ini bisa dijual katakanlah 5,5 sen per kwh. Kalau geothermal atau hydro antara 8-6 sen. Dia mahal. Kalau (pembangkit listrik dari) matahari sekitar 10 sen," ungkap JK dalam pidatonya pada Acara Mini Seminar Geopolitik Transformasi Energi di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Rabu (31/7/2019).

Menurut JK, di balik murahnya biaya pembangkit listrik fosil ada biaya lingkungan yang mahal. Pasalnya, di samping pembangkit listrik fosil itu juga ada dampaknya bagi kesehatan.

Baca Juga: Jakarta Darurat Polusi, JK: Kita Perlu Kembangkan Mobil Listrik

Sementara energi geothermal meskipun biaya produksinya lebih mahal, namun tidak dibebani oleh biaya lingkungan. Hal itu lantaran bergantung kepada alam. Energi geothermal itu bisa berasal dari panas bumi, pembangkit listrik, tenaga angin ataupun air.

"Jadi memang geothermal (energi terbarukan) lebih mahal. Tetapi biaya lingkungannya nol. Kalau fosil biaya lingkungannya mahal. Perlu dihitung. Kalau dihitung biaya lingkungan, maka yang paling mahal itu PLTU," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI