Suara.com - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas memasang banyak static oil boom di lokasi minyak tumpah di laut Karawang, Jawa Barat. Static oil boom dipasang agar sebaran minyak dapat ditahan dan tidak meluas.
Pemerintah terus melakukan upaya terbaik untuk menanggulangi tumpahan minyak dari proyek yang dikerjakan Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) sebagai upaya meminimalisir dampak yang ditimbulkan. Demikian juga dengan upaya menjaga anjungan di area proyek offshore YYA-1 agar tidak lebih miring dan mengakibatkan dampak lebih fatal terhadap lingkungan.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan saat ini angin mengarah ke barat. Sehingga static oil boom dipasang juga menuju ke barat.
Oil boom adalah peralatan sejenis pelampung yang digunakan untuk melokalisir atau mengurung tumpahan minyak di air.
Baca Juga: Pegawai Pertamina Jadi Tersangka Minyak Tumpah di Balikpapan
"Ada tiga pekerjaan (untuk penanganan tumpahan minyak), pertama adalah mengatasi dampak lingkungan, mestinya bisa diperbaiki sedemikian rupa, jangan sampai ada dampak ke arah pantai, maka oil boomnya diperbanyak, dikumpulkan dan mestinya bisa disedot di sana, targetnya jangan sampai ada minyak yang terbawa ke pantai. Kedua, menutup sumur dengan relief well, tentu kita harapkan bisa dipercepat prosesnya, selama itu belum tertutup ketidakpastian akan terus ada. Ketiga adalah restructuring atau men-dismantle dari sumur yang ada," ujar Dwi.
Diketahui, pasca peristiwa tumpahan minyak, Pertamina telah memasang lima unit Giant Octopus Skimmer dan membentangkan 5 x 400 meter Static Oil Boom di sekitar anjungan YY di wilayah Karawang, Jawa Barat. Static Oil Boom mampu menahan penyebaran sedangkan Giant Octopus Skimmer digunakan untuk mengangkat oil spill yang tertampung di Static Oil Boom tersebut.
Sementara, Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto mengatakan bahwa pemerintah terus berusaha untuk mematikan sumur tersebut. Personil dan tim, baik yang menangani tumpahan minyak dan penutupan sumur serta para ahli sudah didatangkan, baik lokal dan asing.
Upaya penutupan sumur ini rencananya didukung oleh Boots & Coots yang akan membuat relief well dengan melakukan drilling secara horizontal ke arah tenggara melintasi sumur YYA-1 dengan jarak 800 meter hingga 1.000 meter.
Selanjutnya penyumbatan dilakukan dengan menginjeksi semen di titik sentral semburan. Diperkirakan pekerjaan ini membutuhkan waktu sekitar delapan minggu atau dua bulan. (Antara)
Baca Juga: DPR Minta Polisi Usut Kasus Minyak Tumpah di Kepulauan Seribu