Minta Nelayan Angkut Limbah Tanpa Pengaman, Kiara Sebut Pertamina Konyol

Selasa, 30 Juli 2019 | 02:00 WIB
Minta Nelayan Angkut Limbah Tanpa Pengaman, Kiara Sebut Pertamina Konyol
Warga mengumpulkan limbah tumpahan minyak "Oil Spill" yang tercecer milik Pertamina di Pesisir Pantai Cemarajaya, Karawang, Jawa Barat, Rabu (24/7). [ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nelayan yang menggantungkan hidupnya di perairan Karawang, Jawa Barat kini bukan lagi mengail ikan namun limbah akibat kebocoran minyak pipa dan gas pada proyek milik Pertamina Hulu Energi Offshore North West.

Para nelayan itu 'mendadak' jadi buruh harian lepas PT. Pertamina untuk membersihkan limbah yang mencemari laut dan pesisir Karawang hingga kawasan Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat.

Kebocoran itu terjadi di pengeboran minyak pada anjungan YYA-1 Pertamina sejak 12 Juli 2019. Respons dini yang diberikan PT. Pertamina ialah memobilisasi nelayan untuk ikut membantu mengangkat limbah-limbah itu dari perairan.

 Sekretaris Jenderal Kiara, Susan Herawati (tengah). (Suara.com/Ria Rizki).
Sekretaris Jenderal Kiara, Susan Herawati (tengah). (Suara.com/Ria Rizki).

"Jadi satu peran itu ditentukan ada kuota 50-60 karung dan kompensasinya Rp 1.500.000," kata Sekretaris Jenderal Kiara, Susan Herawati dalam konferensi pers yang digelar di kawasan Cikini Raya, Jakarta Pusat, Senin (29/7/2019).

Baca Juga: Kemenkes Disebut Cuek soal Zat Berbahaya Terkait Kebocoran Minyak Pertamina

Pembayaran sebesar Rp 1.500.000 itu diberikan kepada empat nelayan yang memungut limbah dengan satu perahu. Susan kemudian mengatakan bahwa nelayan mau tidak mau menjadi 'buruh harian lepas' Pertamina demi kelangsungan hidup ke depannya.

"Jadi ketika melihat lautnya tercemar oleh limbah yang sedemikian rupa otomatis mau tidak mau mereka turun dan membersihkan," ujarnya.

Limbah yang ditemukan karena bocornya pengeboran minyak Pertamina di Karawang. (Suara.com/Ria Rizki).
Limbah yang ditemukan karena bocornya pengeboran minyak Pertamina di Karawang. (Suara.com/Ria Rizki).

Namun yang membuat Susan geram ialah ketika para nelayan itu tidak diberikan pakaian ataupun alat pelindung saat memungut limbah itu. Dari hasil tinjauan, hanya petugas dari Pertamina yang menggunakan pakaian khusus.

"Nah ini kan jadi konyol, kalau memang betul itu adalah orang perusahaan dia sudah tau konsekuensinya itu apa. Hanya mereka yang dipakaikan safety seperti itu, masyarakat tidak dibekali, mereka yang disuruh mungut. Ini kan sama saja merendahkan sekali Pertamina ini," tuturnya.

Padahal dari limbah yang mencemari perairan itu terdapat zat berbahaya yakni Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH). Karena itu, Kiara bersama dengan Jaringan Advokasi Tambang menuntut Pertamina dan pemerintah untuk segera mengambil langkah cepat demi kesehatan para penduduk di kawasan sepanjang pesisir.

Baca Juga: Walhi: 45,37 Km Persegi Laut Karawang Kena Tumpahan Minyak Pertamina

Pemerintah bisa membangun posko kesehatan di lokasi untuk melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap penduduk yang terpapar zat-zat berbahaya tersebut.

Lebih lanjut, Jatam dan Kiara juga menganjurkan kepada pemerintah pusat maupun daerah untuk mengamankan warga di wilayah pesisir padat huni yang posisinya paling dekat dengan YYA-1 Pertamina. Evakuasi terhadap penduduk yang masuk golongan bayi, anak-anak, perempuan dan warga lansia juga diminta Jatam agar tidak terpapar zat-zat kimia berbahaya tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI