Populasi Bekantan di Kotawaringin Timur Terdesak Alih Fungsi Lahan

Chandra Iswinarno Suara.Com
Senin, 29 Juli 2019 | 04:00 WIB
Populasi Bekantan di Kotawaringin Timur Terdesak Alih Fungsi Lahan
Seekor bekantan diikat warga. [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hewan endemik di hutan bakau, rawa dan pantai yang berada di Kalimantan, bekantan, saat ini terancam habitatnya di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Habitat hewan yang dilindungi tersebut kini terancam akibat maraknya alih fungsi lahan dan kerusakan hutan di wilayah tersebut.

Komandan Pos Jaga Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sampit Muriansyah mengatakan habitat bekantan di daerah tersebut semakin terdesak karena banyaknya pembukaan lahan perkebunan dan permukiman.

"Penyebab utamanya adalah karena habitatnya rusak, terganggu atau hilang oleh alih fungsi hutan menjadi perkebunan, permukiman dan kepentingan lainnya," kata seperti dilansir Antara di Sampit, Minggu (28/7/2019).

Dikemukakannya, Hutan Kotawaringin Timur merupakan habitat yang nyaman bagi banyak satwa, termasuk bekantan. Kera hidung panjang dengan nama ilmiah Nasalis larvatus itu banyak ditemukan di hutan pinggir sungai, seperti di Kecamatan Seranau, Pulau Hanaut, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Baamang dan lainnya.

Baca Juga: Wisata Alam di Pulau Besing, Rumah bagi Bekantan

Namun kini keberadaan satwa langka itu makin terancam karena habitatnya terganggu. Selain alih fungsi lahan untuk kepentingan komersial, bencana kebakaran lahan yang terjadi hampir setiap tahun juga membawa dampak buruk bagi bekantan.

Dari pengamatannya, pekan lalu BKSDA Sampit menerima laporan warga terkait kemunculan kelompok bekantan yang diperkirakan mencapai puluhan ekor di hutan Desa Telaga Baru Kecamatan Mentawa Baru Ketapang.

Warga khawatir kemunculan puluhan bekantan itu akan mengganggu, seperti merusak kebun atau menyerang. Selain itu, warga melaporkan kepada BKSDA karena warga juga tidak ingin membunuh satwa langka tersebut.

BKSDA langsung menindaklanjuti informasi itu dengan turun ke lapangan. Sayangnya saat itu kawanan bekantan tersebut tidak terlihat di kawasan berupa semak belukar dan kebun warga seluas 80 hektare.

Sejauh ini kawanan bekantan itu tidak mengganggu atau merusak kebun warga, namun membuat warga takut untuk melintas di kawasan tersebut. Dikhawatirkan pula ada warga yang memburu dan membunuh bekantan-bekantan tersebut.

Baca Juga: Komisi IV Apresiasi Konservasi Bekantan dan Kepiting Tarakan

"Dari hasil observasi, belum perlu dilakukan kegiatan rescue atau penyelamatan. Kami memberikan pengarahan kepada warga yang ditemui di sekitar lokasi agar mereka tidak membunuh satwa dilindungi tersebut," kata Muriansyah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI