Pengamat: Surya Paloh Capreskan Anies di 2024, Seolah Jokowi Masa Lalu

Kamis, 25 Juli 2019 | 15:01 WIB
Pengamat: Surya Paloh Capreskan Anies di 2024, Seolah Jokowi Masa Lalu
Ketua Umum partai Nasional Demokrat Surya Paloh melakukan pertemuan dengan Gubernur DKI Jakarta di Kantor DPP Nasdem, Cikini, Jakarta Pusat. Seusai bertemu, Paloh menyebut kantor Nasdem adalah rumah Anies. [Suara.com/Fakhri Fuadi Muflih]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Analis Politik yang juga Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago menilai langkah Partai Nasdem melalui Ketua Umumnya, Surya Paloh mendukung Anies Baswedan Capres 2014, bisa picu konflik. Sebab pemerintahan kedua Jokowi belum mulai, namun Surya Paloh beri dukungan ke Anies.

Pangi pun menilai Surya Paloh menciptakan panggung tandingan dengan pertemuan empat partai koalisi dan melalukan pertemuan dengan Anies Baswedan.

"Kenapa harus ada panggung tandingan yang dibuat Surya Paloh dengan mengumpulkan partai koalisi minus PDIP, dan bertemu Anies Baswedan yang terlalu dini bicara Pilpres 2024," kata Pangi saat dihubungi, Kamis (25/7/2019).

Dia mengatakan di saat pelantikan Presiden belum dilaksanakan, Surya Paloh seolah ingin mengatakan bahwa Anies Baswedan adalah masa depan dan Jokowi masa lalu. Dia memandang boleh jadi manuver Surya Paloh adalah sinyal perlawanan Nasdem atas peluang masuknya Gerindra dalam koalisi.

Baca Juga: Anies Didukung Nasdem, PDIP: Selamat Menyiapkan Diri Jadi Capres

"Sejak pak Jokowi mengatakan akan menerima dan mengakomodir parpol oposisi pendukung Prabowo, membangun bangsa secara bersama, bekerja untuk kepentingan bangsa yang jauh lebih besar, Nasdem, Golkar, PKB dan PPP nampaknya tidak setuju, resistensi mereka masih tinggi dengan masuknya Gerindra," ujar Pangi.

Menurutnya, manuver itu seharusnya tidak dilakukan karena secara etika 'melawan' Presiden Jokowi dan Megawati selaku Ketua Umum Partai Politik pengusung utama Presiden Jokowi.

Manuver semacam itu, menurut dia, dapat membuat Presiden Jokowi menjadi tidak respect (hormat), dan PDIP merasa tidak dihargai. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI