Misalnya, soal penggunaan busana khas Betawi saat mengarak ondel-ondel keliling jalanan.
"Ya bisa saja setiap ngamen pakai baju adat Betawi. Dulu beberapa sanggar masih melakukan hal itu. Tetapi lama-kelamaan jadi nggak realistis dari sisi ekonomi karena kalau setiap hari ngamen berarti harus nyiapin paling tidak tujuh set pakaian. Pakaian itu setiap hari harus dicuci dan kalau keseringan dicuci lama-kelamaan jadi rusak. Jadi ya sudah, cari yang paling masuk akal saja," papar Usman.
Ondel-ondel, yang pada awal kemunculannya bernama Barongan dan salah satu fungsinya adalah mengusir roh-roh jahat, sejatinya memang harus dipikul dan diarak keliling masuk-keluar kampung.
Akhirnya kini, tampaknya liku-liku kehadirannya telah menjadi bagian tak terpisahkan dari dinamika ibu kota Jakarta.
Baca Juga: Diasuh Pengamen Ondel-ondel, Bocah 13 Tahun Meninggal karena Gizi Buruk