Potensi Megathrust, Kepala BMKG: Terpenting Mitigasi dan Adaptasi

Selasa, 23 Juli 2019 | 21:26 WIB
Potensi Megathrust, Kepala BMKG: Terpenting Mitigasi dan Adaptasi
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati. [Suara.com/Ummi Hadyah Saleh]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menanggapi kekhawatiran warga yang tinggal di pesisir selatan Jawa mengenai potensi gempa bermagnitudo 8,8 skala richter (SR) dan tsunami berketinggian 20 meter, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan butuh mitigasi antisipasi dan adaptasi.

Hal tersebut disampaikan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyusul viralnya kabar potensi tsunami dan gempa di sepanjang Pantai Cilacap Yogyakarta sampai Jawa Timur.

"Oleh karena itu yang penting adalah mitigasi dan persiapan untuk menghadapi. Mitigasi antisipasi dan adaptasi," ujar Rita di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (23/7/2019).

Rita menuturkan pentingnya mitigasi antisipasi dan adaptasi harus dilakukan di semua daerah di Indonesia yang berpotensi tsunami dan gempa, termasuk laut selatan Jawa.

Indonesia, jelas Rita, merupakan daerah kawasan cincin api dan sabuk gunung yang berada di atas lempeng-lempeng tektonik yang aktif. Sehingga adanya gempa bumi dan tsunami merupakan hal yang tak bisa dihindari.

Bahkan kata dia, dari hasil riset dan kajian ada potensi untuk mengalami gempa dengan kekuatan lebih dari tujuh bahkan sampai delapan lebih.

"Di antara gempa-gempa tersebut atau di antara zona-zona tektonik tersebut memang ada zona yang disebut megathrust yang berdasarkan hasil kajian, riset, ada potensi untuk mengalami gempa dengan kekuatan lebih dari tujuh bahkan sampai delapan lebih (magnitudo)," kata dia.

Rita menyebut potensi gempa dan tsunami di beberapa daerah di Indonesia, bukanlah untuk menakut-nakuti, namun harus diketahui publik. Meski demikian, dari potensi-potensi gempa dan tsunami, belum bisa diketahui waktu terjadi.

"Itu harus kita ketahui bukan untuk ketakutan, karena itu namanya potensi-potensi itu beda dengan prediksi. Kalau prediksi itu kepastiannya semakin lebih tinggi, potensi itu ada kemungkinan, tetapi ilmu pengetahuan saat ini belum bisa menjawab seberapa besarkah kemungkinannya, Kapan terjadinya, itu belum bisa dijawab," tutur dia.

Baca Juga: BMKG: Ada Potensi Tsunami Pantai Selatan Jawa, Tapi...

Karena itu, Rita meminta masyarakat yang tinggal di daerah berpotensi tsunami dan gempa harus bersiap-siap untuk melakukan mitigasi antisipasi dan adaptasi.

"Daripada kita ketakutan mengandai-andai kejadiannya kapan, selama kita berada di Indonesia mestinya kita harus bersiap-siap. Mau tinggal di Lombok, tinggal di Jogja, mau tinggal di Jakarta mau tinggal di manapun, di Indonesia itu kalau dengan gempa, kita akan mengalami entah kapan," kata Rita.

Mitigasi dan adaptasi tersebut bisa dilakukan dengan mengikuti standar bangunan tahan gempa untuk masyarakat yang bertempat tinggal dengan potensi daerah rawan gempa bumi. Kemudian, juga mengetahui daerah aman untuk berlindung jika terjadi gempa, masyarakat diwajibkan untuk keluar rumah.

"Kalau ada gempa kita masih sempat keluar dia segera keluar. Kalau kita yakin meja tempat kita tinggal itu meja kokoh, ya kalau nggak bisa keluar, ya sembunyi di bawah meja. Tetapi sebelum ada gempa, perabotan rumah harus kita siapkan kalau ada meja perlindungannya meja ya benar-benar kokoh, jangan meja kaca. Inilah yang dimaksud dengan antisipasi dan adaptasi," tutur Rita.

Oleh karena itu, Rita meminta ada keterlibatan masyarakat dan pemerintah daerah untuk menyiapkan jalur evakuasi dan titik kumpul dalam hal mitigasi bencana.

"Nah ini kan harus keterlibatan masyarakat dan pemerintah daerah. Karena siapa yang harus menyiapkan jalur evakuasi, siapa yang menyiapkan titik kumpul. Jadi yang penting sekarang adalah era untuk persiapan persiapan baik jalur evakuasi, tempat berkumpul tempat berlindung dan bahkan yang paling penting, persiapan itu akan terasa lebih ringan kalau tata ruangnya sejak awal sudah mengikuti zona yang aman dari bahaya," ucap dia.

Ketika ditanya apakah BMKG melakukan penambahan alat deteksi bencana gempa ataupun pendeteksi tsunami, Rita menegaskan pihaknya memang menambahkan alat pendeteksi untuk memperkuat sistem peringatan dini.

Namun kata dia, alat pendeteksi tidak bisa menjamin 100 persen, karena yang terpenting untuk mengantisipasi potensi bencana yakni dengan mitigasi antisipasi dan adaptasi

"Kami memang menambahkan jelas. Tetapi alat itu tidak bisa menjamin 100 persen. Yang penting adalah persiapan tadi," jelasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI