“Saya menyadari jika mainan plastik sedang sangat banyak di pasaran, apalagi harganya jauh lebih murah. Satu yang saya yakin, di antara jutaan pasang orang tua di dunia ini, pasti Tuhan menyisakan ratusan ribu orang tua yang sadar tentang makna sebuah mainan itu sendiri,” ujar Umar.
Ternyata makna itu benar dirasakan oleh beberapa pembeli, seperti Wawan Dagul yang merupakan pembeli mainan kayu di kios Umar.
“Sepadanlah antara harga dan produknya. Meskipun lebih mahal tetapi bagus, kualitasnya jelas di atas mainan plastik. Apalagi, pembuatannya yang lama dan benar-benar hasil karya tangan orang bukan mesin. Itu yang jadi ciri khas mainan kayu,” kata Wawan.
Senada dengan Wawan, Khoirul mengatakan bahwa karya buatan Umar mampu membawa generasi muda untuk belajar menghargai jerih payah seseorang.
Baca Juga: 350 Perusahaan Mainan Anak Bakal Gelar Pameran di JIExpo Kemayoran
“Melalui mainan kayu ini anak-anak muda tidak hanya tahu kalau ini mainan, tetapi mereka juga jadi belajar tentang menghargai jerih payah orang lain. Jerih payah pengrajin untuk membuat mainan ini contohnya,” kata Khoirul yang sedang membelikan mainan untuk cucunya.
Ratna yang datang untuk membeli mainan kayu bersama anaknya juga berpendapat bahwa seharusnya para orang tua harus bisa menanamkan tentang mencintai dan menghargai produk lokal kepada generasi muda.
“Harusnya kalau ingin Indonesia maju, ya, hargai produk lokal seperti mainan kayu punya Pak Umar ini, biar enggak punah,” katanya.
Harapan
Tidak mudah untuk mempertahankan karya klasik di tengah gempuran mainan anak yang serbacanggih dan modern. Umar melakukan berbagai upaya agar mampu bersaing dengan mainan impor itu, seperti memodifikasi mainan kayu dengan mengikuti perkembangan zaman.
Baca Juga: Hindari Risiko Bahaya, Pastikan Mainan Anak Miliki Logo SNI
“Ya, paling saya buat dengan desain lebih detail dan memilih warna yang menarik biar anak suka,” ujarnya.