Suara.com - Di samping riuhnya jalanan kawasan Kalibata, Jakarta Selatan, sebuah kios kecil terbuat dari kayu lapuk yang dipenuhi oleh jajaran mainan anak berwarna-warni berdiri di bawah pepohonan lebat.
Memasuki kios yang sudah berdiri sejak 1997, pengunjung seperti dibawa kembali ke masa anak-anak dengan berbagai jenis mainan kayu, seperti mobil-mobilan, kincir angin, dan kuda-kudaan yang berjajar rapi.
Kerajinan mainan kayu tersebut merupakan hasil karya tangan pria tua bernama Marsa’ad, atau yang akrab disapa Umar. Semua bermula ketika kakek kelahiran 1942 itu diberhentikan dari tempatnya bekerja karena mengalami kebangkrutan.
Berusaha memutar otak demi menyambung hidup keluarganya dengan uang pesangon yang sangat kecil, akhirnya pada tahun 1997 dia berinisiatif membeli tripleks sisa untuk dijadikan mainan kincir angin.
Baca Juga: 350 Perusahaan Mainan Anak Bakal Gelar Pameran di JIExpo Kemayoran
“Pada saat itu mainan kincir angin sedang sangat digemari anak-anak jadi saya buat itu. Akan tetapi, penampilannya sangat sederhana karena memang modal hanya bisa untuk beli tripleks yang cuma bisa jadi sekitar lima kincir angin,” katanya.
Teman-teman Umar adalah orang-orang pertama yang dia tawari. Tak disangka, kincir angin sederhana miliknya justru membuat mereka tertarik hingga kerajinannya mulai tersebar luas ke tengah masyarakat sekitar dari mulut ke mulut.
Setelah mendapat respons positif dari masyarakat, dia pun tersadar akan satu hal, yaitu banyak anak yang membawa mainannya dengan wajah bahagia. Hal itulah yang menjadi motivasi utama Umar untuk membuat berbagai inovasi pada mainan kayunya.
“Melihat anak kecil lari sambil tertawa membawa kincir angin itu, saya jadi ikut senang karena saya sendiri tidak ingin melihat anak saya sedih,” ujarnya.
Berkat keuletan, kegigihan, dan semua keterbatasan yang dimiliki Umar pada saat itu, akhirnya dia bisa membuat mainan kayu yang lain, seperti mobil-mobilan berjenis bajaj, bus, truk, mikrolet, dan kuda-kudaan.
Baca Juga: Hindari Risiko Bahaya, Pastikan Mainan Anak Miliki Logo SNI
Usaha yang diberi nama UD Senang Anak ini sempat memiliki 200 pengrajin karena hasil karya Umar makin berkembang hingga pembeli tidak hanya berasal dari warga Jakarta dan sekitarnya, tetapi juga dari seluruh pelosok Indonesia serta mancanegara, seperti Belanda, Jerman, Australia, dan Jepang.