Suara.com - Pelaksana Tugas Ketua PA 212, Asep Syarifudin mengharapkan khilafah bisa tegak berdiri di Indonesia.
Menurutnya, khilafah atau sistem kenegaraan yang berlandaskan ajaran Islam itu tidak terlarang.
Asep mengungkapkan, dirinya telah banyak belajar terkait konsep sistem kenegaraan berlandasan Islam. Justru dirinya menilai, kalau menolak khilafah, sama artinya menodai agama.
Sebab, menurut Asep, khilafah adalah sistem politik serta menjadi salah satu bagian syariat Islam.
Baca Juga: PA 212: Prabowo Berkhianat!
"Harapan saya 2024 khilafah tegak di Indonesia. Khilafah itu adalah syariat Islam. Kalau menolak khilafah itu menolak syariat Islam. Itu penodaan agama," ungkap Asep dalam diskusi yang diselenggarakan di Gedung Joeang, Jalan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (18/7/2019).
Alasan Asep yang menginginkan khilafah tegak di Indonesia itu adalah, karena sistem kenegaraan di Indonesia kekinian belum bisa mengamankan kedaulatan agama.
Karena kondisi itulah, Asep sangat menginginkan khilafah dapat tegak berdiri di Indonesia pada masa mendatang.
"Sistem itu dalam masyarakat iya tapi untuk konteks amankan kedaulatan agama belum tentu."
Prabowo Berkhianat
Baca Juga: CEK FAKTA: Benarkah PA 212 Tunggu Komando Habib Rizieq Bunuh Diri Massal?
Dalam diskusi yang sama, ASep juga sempat memberikan pernyataan mengenai capres gagal usungannya, Prabowo Subianto, bertemu dan mengucapkan selamat kepada presiden terpilih pada Pilpres 2019, Jokowi, yang dilakukan di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta, Sabtu (13/7) pekan lalu.
Asep Syarifudin menilai, pertemuan tersebut merupakan bentuk pengkhianatan Prabowo. Asep mengatakan, dengan melakoni pertemuan itu, Prabowo dianggap mengabaikan aspirasi umat, termasuk PA 212.
Ia menjelaskan, PA 212 dan sejumlah ulama pada Pilpres 2019 mendukung Prabowo – Sandiaga Uno karena dinilai bisa membela dan mengakomodasi kepentingan mereka.
Sementara Jokowi, diidentifikasi oleh PA 212 dan kelompok semacamnya sebagai sosok yang anti-Ulama.
"Jadi, kalau Prabowo berkomunikasi (dengan Jokowi), menurut saya ini adalah bentuk pengkhianatan terhadap aspirasi umat dan rakyat," ungkap Asep.
Pertemuan antara Jokowi dengan Prabowo diawali dengan menggunakan MRT bersama-sama dari stasiun MRT Lebak Bulus, Sabtu (13/7/2019).
Di sana, Prabowo juga mengucapkan selamat untuk yang pertama kalinya kepada Jokowi atas kemenangannya di Pilpres 2019.
Tak hanya itu, Prabowo dan Jokowi juga bersepakat meminta para pendukungnya masing-masing berhenti berseteru.
Bahkan, Prabowo dan Jokowi sama-sama memberikan pernyataan tak lagi ada istilah cebong versus kampres yang marak saat Pilpres 2019.
Cebong adalah istilah yang dikenakan pendukung Prabowo untuk pembela Jokowi. Sementara kampret adalah diksi yang diterapkan pendukung Jokowi untuk pembela Prabowo.